Filosofi Teras adalah sebuah buku pengantar Filsafat Stoa yang dibuat khusus sebagai panduan moral anak muda. Buku ini ditulis untuk menjawab permasalahan tentang tingkat kekhawatiran yang cukup tinggi dalam skala nasional, terutama yang dialami oleh anak muda. Seringkali kita lupa bahwa semua hal di dunia ini pasti ada sebab akibatnya tentang apa yang kita perbuat, tidak serta-merta terjadi begitu saja. Anak muda sebagai manusia yang tempramen dan sering overthinking tentang segala sesuatu dan melihat sebuah masalah dengan kacamata emosi membuat buku Filosofi Teras tentang  filsafat stoa menjadi ajaran yang relevan, apalagi diera saat ini.
Hal yang paling mendasar dari filsafat stoa ini adalah adanya dikotomi kendali. Dikotomi kendali merupakan  konsep dalam filsafat Stoikisme yang membagi segala sesuatu yang terjadi dalam hidup menjadi dua kategori: hal-hal yang berada di bawah kendali kita (internal) dan hal-hal yang tidak berada di bawah kendali kita (eksternal). Konsep ini mengajarkan kita untuk fokus pada apa yang bisa kita kendalikan dan menerima dengan lapang dada apa yang tidak bisa kita ubah .
- Hal yang dibawah kendali kita (internal) : pikiran, tujuan, keinginan, tindakan, dan penilaian kita sendiri. Kita memiliki kendali penuh atas bagaimana kita bereaksi terhadap suatu situasi dan bagaimana kita menanggapi hal-hal yang terjadi pada kita. Misalnya sesederhanya kita mau memakai baju apa hari ini dan mau sarapan apa. Itu bisa kita kendalikan.
- Hal yang tidak berada di bawah kendali kita (eksternal) : ini mencakup hal-hal seperti cuaca, tindakan orang lain, situasi ekonomi, masa lalu, dan bahkan kesehatan serta umur kita. Kita tidak memiliki kontrol langsung atas faktor-faktor ini, dan mencoba untuk mengendalikannya hanya akan menyebabkan stres dan kekecewaa. Karena kita tidak punya kendali atas itu, kita tidak usah pusing-pusing memikirkannya, biarkan itu menjadi urusan semesta dan orang lain, kita hanya fokus pada pengendalian dibawah kendali kita.
Selanjutnya yaitu prinsip STAR saat kita marah akan sesuatu yang meledak-ledak. Bisakah kita berpikir sejenak tentang masalah dari emosi tersebut sebelum akhirnya meledak menjadi maslah yang lebih besar, bahkan merugikan diri kita sendiri.Â
- S (Stop) : berhenti sejenak tentang emosi marah dan kesedihan kita tanpa harus meledak.
- Think & Assess (Berpikir dan Menilai) : Setelah berhenti, luangkan waktu untuk berpikir dan menilai situasi dengan tenang dan objektif. Pertimbangkan fakta dan data yang ada untuk menghindari bias emosional. Jangan langsung berpikir bahwa kita menjadi manusia paling bersalah, pikirkan kenapa hal tersebut terjadi. Misalnya ban kita bocor ditengah jalan, jangan langsung berpikir bahwa itu adalah hari sial dan marah, pikirkan bahwa ternyata ban motor kita sudah saatnya untuk diganti.
- Respond (Menanggapi) : Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan, berikan respon yang tepat dan bijaksana. Pertimbangkan konsekuensi dari setiap tindakan atau perkataan yang akan diambil. Motor kita bocor ditengah jalan kita memilih untuk menambalnya tapi rentan bocor lagi, atau mengganti ban motor yang baru agar tidak bocor lagi pilihlah sesuai kemampuan dan kebutuhan.
Prinsip STAR ini berguna jika kita dapat menerapkannya ketika kita dihadapi oleh situasi yang diluar kendali kita. Selain prinsip STAR itu, ada lagi ajaran filsafat stoa yang hampir miri dengan prinsip STAR. Melihat peluang ketika terjadi masalah. Maksud dari melihat peluang ketika terjadi masalah yaitu bagaimana kita ketika dihadapi sebuah permasalahan kita harus bisa melihat dan menemukan sesuatu yang bermanfaat. Contohnya yaitu ketika kita telat gajian, kita harus melihat sisi positifnya dimana karena kita telat gajian itu berarti kita harus hidup hemat sampai hari H gajian tiba, bukan malah marah-marah dengan spontan. Suatu hal yang terjadi dan diluar kendali kita secara tiba-tiba bisa kita cari peluang dalam melaksanakan hal-hal yang lebih bermanfaat.Â
Dari permasalahan ini, bisa kita desskripsikan bahwa segala sesuatu yang terjadi itu tergantung bagaimana kita meresponnya. 10% masalah dan 90% bagaimana kita merespons masalah tersebut. Sulit memang dalam penerapannya tapi jika kita konsisten dan mempelarinya dalam kehidupan sehari-hari tingkat kewarasan kita akan nexs level. Apalagi sebagai anak muda.
Pada dasarnya filsafat stoa ini memberikan pengajaran untuk kita lebih tenang dalam menghadapi segala permasalahan, tidak melulu dibalut dengan emosi dan jalan instan, akan tetapi dengan pikiran bijaksana yang sehat dengan tingkat kewarasan berpikir. Fokus pada hal-hal yang dibawah kendali kita, jangan mudah ke-distract dengan hal-hal diluar kendali kita.Â
Filsafat stoa ini menurut saya masih relevan dari zaman ke-zaman dan menjadi ajaran yang harus diajarkan, karena dalam mempelajari ajaran filsafat, kita harus menerapkannya di kehidupan kita sendiri supaya ajaran itu bukan hanya ajaran, tetapi makna hidup yang bisa dipelajari dan dirasakan dampaknya.Â
Jadi sudahkan kita, kalian, bahkan saya menerapkan pembelajaran filsafat stoa di kehidupan sehari-hari demi kewarasan berpikir?Â
Tanyakan pada dirimu sendiri.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI