Mohon tunggu...
Intan Siti Nurhasanah
Intan Siti Nurhasanah Mohon Tunggu... Lainnya - XII MIPA 6 (17)

hmm.....

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sri Sultan Hamengkubuwana IX

18 November 2021   07:34 Diperbarui: 18 November 2021   07:37 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beberapa hari kemudian ayahku tutup usia, kini akulah calon penerus tahta. Tetapi selama perjalan menuju singganaku tidaklah mudah, ada banyak kontroversi-kontroversi termasuk dari orang-orang belanda. Mereka mengabatakan

" Bahwa setiap calon raja baru harus menyetujui kesepakatan bersama terlebih dahulu dengan Belanda ".

Seorang politisi senior dari belanda berdebat denganku ia terus saja berbicara mengenai diharuskannya kesepakatan bersama dengan orang Belanda. Politisi itu bernama Dr, Lucien Adam yang berumur 60 tahun, ia berdebat panjang denganku yang saat itu umurku baru menginjak 28 tahun dan aku hanya ingin menduduki singgasanaku yang memang sudah merupakan hakku untuk mendudukinya. Aku tidak ingin jika jabatan patih merangkap pegawai kolonial, hal ni agar tidak adanya konflik kepentingan. Tetapi politisi itu terus saja menentangnya dan akupun sama. Karena aku tidak menginginkan jika Belanda campur tangan dalam Kerajaanku. Penasehatku haruslah dari Bumi Mataram bukan dari Belanda, dan Belanda tidak boleh memilihi hak di Kerajaan Yogyakarta, mereka tidak boleh memimpin pasukan/prajurit.

Selama 4 bulan perdebatan terus saja terjadi dan tidak membuahkan hasil sama sekali. Aku terus saja menolak dengan tegas bahwa Belanda tidak boleh memiliki bagian dari hak kepemimpinan di kesultanan Yogyakarta. Kemudian salah seorang penasehat ku membisikkan sesuatu kepadaku. Setelah itu akupun setuju dengan membentuknya keputusan kerjasama bersama Belanda.

Pihak Belanda sangat kebingungan karena secara tiba-tiba aku langusng berubah sikap terhadap mereka yang dulunya aku sangat menentang keras tetapi sekarang aku menyetujui kesepakatan itu. Bhakan para diplomat pun terheran-heran bagaimana bisa aku yang selama ni menetang keputusan tersebut tetapi dengan mudah nya aku langsung berubah pikiran dan menyetujui keputusannya.

Aku hanya ingin memberi hati pada mereka untuk sementara waktu, karena tidak lama lagi mereka akan pergi dari Bumi Mataram ini. Mereka mengajukan kontrak politik yang didalamnya berisi 17 bab dan 59 pasal, kutandatangani tanpa kubaca terlebih dahulu. Semenjak menandatangani nya maka aturan-aturan yang berlaku dalam pasal tersebut resmi berlaku saat aku resmi menduduki singgasana dan aturan-aturan hanya akan berlaku sampai orang-orang Belanda yang secara resmi telah pergi dari Bumi Mataram ini.

Tepat pada hari senin pon 18 Maret 1940, aku resmi dinobatkan sebagai putra mahkota dengan gelar Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara Sudibja Radja Putra Narendra Mataram dan dilanjutkan dengan penobatan sebagai raja dengan gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kandjeng Sulatan Hamengku Buwono Senopati Ingalaga Ngabdurrahkman Sayidin Panatagama Kalifatullah Kaping IX. Dihari pelantikanku aku mengucapkan

 " walaupun saya menempuh pendidikan ku di negri Barat, tetapi itu tidak akan pernah mengubah bahwa saya tetaplah orang Jawa"

Ketika sebuah negara yang baru saja lahir di sebuah negeri pada tangga 17 Agustus 1945, dengan dikumadangkannya proklamasi kemerdekaan oleh Soekarno dan Moh. Hatta yang menyatakan kepada dunia. Bahwa negara Republik Indonesia telah merdeka dan bebas dari negri penjajah lainnya. Setelah mendengar proklamasi kemerdekaan tersebut aku langsung mengambil sikap dengan memberikan telegram yang berisi ucapan selamat kepada para proklamator dan tentunya kepada para pejuang tanah air yang rela bertumpah darah demi negri tercinta ini. Dua minggu setelahnya aku bersama Paku Alam VIII menyatakan bahwa daerah Yogyakarta merupakan bagian dari Republik Indonesia.

Ketika sebuah negara yang baru saja terbebas dari belenggu penjajahan, sudah memiliki tekanan dari para pemerintah kolonial yang datang kembali. Dengan tujuan ingin mengambil alih kembali negara Republik Indonesia dan tidak terima dengan kekalahan yang menimpanya. Aku tidak ingin jika negara yang baru saja lahir ini direbut kembali oleh para penjajah yang tidak manusiawi, sehingga akupun segera mengundang para pemerintah Republik Indonesia yang saat itu berada di Jakarta utnuk segera pergi ke Yogyakarta dan menetap sampai keadaan sudah mulai membaik. Sesampainya para pemerintah RI di daerahku ku sambut mereka dengan hangat kemudian aku mengucapkan

"Apapun yang kalian butuhkan mulai dari pengeluaran dana untuk menggaji para staff, operasional TNI hingga perjalanan delegasi-delegasi yang dikirm ke luar negeri, bahkan untuk menggaji pemimpin negri ini. Maka akan kutanggung sebesar apapun biaya nya akan ku sanggupi. Kalian tidak perlu mengkhawartirkan apapun lagi. Selama berada disini akulah yang bertanggungjawab mengurusi kalian dan memberikan apa yang kalian butuhkan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun