Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Waspadai Konflik yang Dimanfaatkan

8 September 2022   11:49 Diperbarui: 8 September 2022   14:50 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang tak sadar bahwa mengelola sebuah bangsa dengan ribuan perbedaan sangat tidak mudah. Banyak kepala , banyak maunya. Sehingga banyak persoalan membuat negeri kita ini pelik dan rumit. Bahkan banyak dari mereka seakan menyesal lahir di negeri ini.

Dalam sejarah Indonesia, bangsa kita pernah mengalami beberapa konflik yang cukup traumatis. Diantaranya adalah G 30 S PKI, lalu ada konflik di beberapa kota  di Indonesia, dan yang paling fenomenal adalah kerusuhan 1998 yang menumbangkan rezim Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun. Kerusuhan ini bersifat politis.

Konflik yang akhirnya bermuara pada kerusuhan adalah konflik Sampit tahun 2001. Konflik itu sarat bermuatan SARA itu awalnya dimulai dari kota Sampit dimana etnis Kalimantan dan Madura bertemu  lalu meluas ke seluruh provinsi Kalimantan Tengah. Juga soal kompetisi diantara penambang emas yang sering bersitegang soal wilayah penambangan.

Konflik lain yang bermuatan SARA adalah kerusuhan Ambon pada tahun 2001. Kota yang terkenal dengan dua entitas agama ini dipicu oleh kematian seorang tukang ojek yang diklaim polisi dia tewas karena kecelakaan. Namun keluarga menemukan adanya luka kekerasan, sehingga kerusuhan tidak terelakkan saat hari pemakaman. Mereka saling memblokir jalan, merusak kendaraan di sejumlah titik di Ambon sehinga ada yang tewas, luka-luka dan ribuan orang mengungsi.

Setelah itu kota ini juga mengalami beberapa kerusuhan lagi, setelah itu ada satu titik dimana akhirnya warga dengan dua entitas agama ini saling mengerti, memaafkan dan mereka hidup dengan damai hingga sekarang.

Sekian contoh ini adalah gambaran bahwa sangat tidak mudah mengelola Indonesia dengan begitu banyak perbedaan. Konflik bisa tersulut dengan apapun saja. Ada karena SARA, ada karena urusan perut ada karena harga diri dll.

Konflik juga berdampak sangat luas. Diantaranya adalah kelompok radikal semakin mudah bekerja karena unsur pemecah awal atau pintu konflik sudah terbuka. Pada awalnya mereka tidak akan membuka jati diri mereka kepada banyak orang. Hanya saja radikalisme yang seperti virus itu senantiasa menyebar dengan cepat dan tumbuh seperti pohon dengan kuat.

Kita tentu ingat seorang bapak Bernama Dita yang membawa keluarganya menjadi pelaku bom tiga gereja di Surabaya yang sangat dahsyat. Dia memecah keluarganya menjadi tiga termasuk dirinya untuk menjadi pelaku bom bunuh diri tiga gereja dengan lokasi berbeda. Dita ditengarai mengenal radikalisme sejak menjadi mahasiswa. Dalam perjalanan kehidupannya, dia selalu dekat dengan faham itu dan mengenalkan sekaligus menyakinkan keluarganya pada faham itu.

Karena itu kenalilah sekitar termasuk fenomena yang mungkin menyeret kita pada konflik. Apakah sekadar perbedaan pendapat atau konflik yang kemungkinanbesar bisa dimanfaatkan  pihak lain.

Pada dasarnya Indonesia yang punya banyak perbedaan ini adalah Indonesia yang harmoni; Indonesia yang menginginkan persatuan dan kesatuan seluruh warganya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun