Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesan-pesan Hoaks di Sekitar Kita

20 Januari 2020   15:55 Diperbarui: 20 Januari 2020   16:13 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usai Pilkada Jakarta 2017 dan Pilpres 2019 kita akrab dengan istilah Post Truth artinya melampaui kebenaran. Istilah ini digunakan beberapa ahli untuk fenomena betapa banyak masyarakat percaya dan ikut menyebarkan narasi-narasi yang berbau kebohongan bahkan fitnah karena mempercayai seseorang yang menyebarkannya atau percaya pada topic yang disebarkannya itu.

Contoh yang paling terlihat jelas adalah kebohongan yang disebarkan oleh Ratna Sarumpaet soal luka lebam yang dideritanya karena penganiayaan sekelompok orang di Bandung. Jika masyarakat yang pro Ratna punya akal sehat pasti akan berfikir pasti ada saksi yang melihat kejadian itu karena menurutnya itu terjadi di bandara Hussein Sastranegara Bandung.  Dia mengatakan lagi bahwa dia menumpang taksi untuk menyelamatkan diri. Tapi saksi sopir taksi juga tak dia tunjukkan kepada yang berwenang.

Dalam sekejab kabar dan foto Ratna menyebar di media sosial. Tak kurang dari anak seorang tokoh reformasi juga ikut menyebarkannya dengan testimony tertentu yang mengacu pada satu pihak yang ada di kubu seberang (kubu yang berlawanan dengan pembuat testimony). Dengan cepat kabar itu viral karena ditambah dengan bumbu-bumbu politik, menyeret banyak simpatisan yang tidak mengandalkan akal sehat dan akhirnya pertentangan dua kubu tak terelakkan.

Untung saja, aparat polisi dengan cepat mencari kebenarannya. Meneliti bandara Bandung, memeriksa  aliran rekening keluarga Ratna Sarumpaet dan mencari sopir yang membaa Ratna dari rumah sakit ke rumah. Dan didapat kenyataan yang berbeda dengan yang diceritakan oleh Ratna, ditambah dengan kesaksian ahli yang menyakini baha luka lebam itu disengaja alias karena operasi plastic.

Kenyataan ini menggegerkan banyak masyarakat terutama yang mempercayai perkataan Ratna bahwa dirinya dianiaya oleh sekelompok orang yang tiak dia kenal. Banyak tokoh menyayangkan kejadian ini karena terlalu banyak masyarakat yang percaya atas bualan Ratna. Di pengadilan memang terbukti bahwa Ratna menyebarkan kabar bohong yang menyesatkan.

Dari kasus ini kita banyak belajar bahwa kita harus berhati hati dengan pesan yang tersebar dan disebarkan melalui media massa yang mungkin saja melampaui kebenaran karena factor subyek penyebar.  Tidak semua kabar itu benar meskipun bagi kita pihak penyebar adalah orang yang kita akui kehebatannya atau kita bersimpati padanya. Wajib bagi kita untuk selalu mengeceknya terlebih dahulu agar tidak terjerembab pada kabar hoax seperti itu. Baiknya kita menggunakan akal sehat kita dalam menerima apapun pesan yang kita terima.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun