Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Kisah Lama (IV - Tamat)

5 Oktober 2022   06:00 Diperbarui: 6 Oktober 2022   05:18 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepotong kisah lama | Ilustrasi oleh Yoanna Yudith

"Aku berhasil menemui Faira, Hana, Mimi, Yana, dan yang lainnya kecuali kamu. Aku sadar, kamu memang lain. Setibaku di Malang, aku berusaha menyuratimu. Tapi setiap suratku selalu dikembalikan dengan alasan pindah tanpa meninggalkan alamat."

Vava ingat. Dua tahun yang lalu, mereka memang menjual rumah untuk pindah ke rumah yang lebih kecil. Sisa penjualan rumah lama setelah dipakai membeli rumah yang sekarang, digunakan untuk biaya kuliahnya.

"Aku bertekad menebus dosaku dengan masuk seminari. Aku percaya, kalau penjahat yang disalibkan bersamaNya saja Tuhan ampuni, kalau Tuhan mengampuni orang-orang yang menyiksa dan menyalibkanNya, Ia juga pasti mengampuni aku."

"Setiap malam, aku berdoa, semoga Tuhan memberikan kebahagiaan kepada kalian, gadis-gadis yang pernah kusakiti. Aku berdoa, semoga Tuhan berkenan mempertemukan kita, memberi aku kesempatan untuk meminta maaf kepadamu, dan ternyata Ia mengabulkan doaku."

Vava merasa dadanya sesak. Ia ingin menangis.

Entah berapa lama Jo menghukum diri dan tersiksa. Namun, ia masih menyimpan dendamnya sampai kemarin. Ia bahkan sempat mencurigai Jo tadi.

"Aku sedang libur dan Tante memintaku menghabiskan liburan di rumahnya. Oleh Gun, sepupuku, aku diajak meninjau persekutuan oikoumene di kampusnya yang ternyata kampusmu juga. Ketika melihat sikapmu saat melihat aku, mereka semua terheran-heran. Kecuali aku, tentu saja. Dari gurauan-gurauan mereka, aku tahu kalau kau telah menjadi gadisnya Ferry yang juga teman akrab Gun. Kami bicara terbuka dan Ferry mau mengerti. Aku bahagia melihat kau bahagia bersamanya. Vava, seperti yang diyakini Ferry, aku juga yakin bahwa kau akan memaafkan aku."

"Jo, aku juga minta maaf. Aku ...."

"Masa lalu, Vava, biarlah berlalu." Jo tersenyum tabah sambil menepuk jemari Vava. "Besok aku harus kembali ke Malang. Ini alamat rumah Nenek. Kalau ada waktu, datanglah ke sana bersama Ferry. Melin pasti senang berjumpa denganmu."

"Terima kasih," desis Vava perlahan sambil menerima kartu yang disodorkan Jo.

"Aku harus segera pamit, Vava. Masih banyak hal yang perlu kuselesaikan hari ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun