Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hasrat Menulis Buku Membuat Bapak Tetap Hidup Meskipun Dia Sudah Tiada

23 September 2022   20:42 Diperbarui: 23 September 2022   20:43 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyerahkan buku "Pelangi Budaya dan Insan Nusantara" kepada bapak, 5/1/2022 (Dok. Teopilus Tarigan)

"La aku yakin e." Demikian ujar bapak singkat, dulu sekali, ketika aku berkata bahwa suatu saat aku akan menulis buku.

Aku nggak yakin, kira-kira begitulah kalimat dalam bahasa Karo itu bila diterjemahkan. Ungkapan ketidakyakinan itu barangkali adalah bentuk motivasi dalam gaya bahasa ironi.

Itu adalah salah satu ciri khas bapak dalam berkomunikasi. Apalagi bila hal yang akan dikomunikasikan itu menyangkut hal yang sifatnya pribadi.

Namun, ketidakyakinannya itu bukannya tidak beralasan. Aku tidak menunjukkan upaya apa pun untuk mewujudkan keinginan menulis buku itu. Selain sesekali membaca novel, baik yang dibeli di toko buku bekas maupun yang dipinjam di perpustakaan daerah, serta menuliskan perasaan yang muncul setelahnya dalam beberapa baris kalimat di media sosial.

Aku bahkan sudah tidak ingat lagi keinginan soal menulis buku yang berasal dari masa lalu itu. Hingga suatu ketika pada 29 Oktober 2018 tanpa sengaja menemukan sebuah artikel dari Kompasiana yang membuatku tertarik untuk membuat akun serta menuliskan sebuah artikel sederhana di blog untuk khalayak ramai itu.

Ketertarikan terhadap kesenangan menulis di Kompasiana pun berlanjut sehingga lahirlah ratusan artikel tentang bermacam-macam hal, kebanyakan hal yang remeh-temeh. Menarik bagiku, kesenangan menulis itu mempertemukanku dengan banyak orang baik yang memiliki hati mulia, dan sama-sama senang menulis di Kompasiana.

Kebaikan mereka semakin terasa tatkala aku diajak oleh Romo Bobby untuk bergabung dengan komunitas Inspirasiana. Itu adalah sebuah komunitas penulis Kompasiana (kompasianer) yang peduli dengan literasi dan edukasi.

Aku tak menyangka kalau perjumpaan dengan Kompasiana dan para kompasianer ini akhirnya membuka kesempatan untuk aku bisa ikut terlibat dalam penulisan buku bunga rampai (antologi). Meskipun belum bisa menuliskan sebuah buku secara solo, tapi setidaknya menulis antologi bisa mulai menjawab ketidakyakinan bapak yang berasal dari masa lampau itu.

Kini bapak sudah kembali ke pangkuan Tuhan. Dia pulang dengan tenang ke rahmat ilahi pada 13 Agustus 2022 yang lalu.

Namun, tantangan dari bapak dalam kemasan majas ironi terkait hasratku untuk menulis buku itu masih tetap hidup hingga kini. Aku masih akan tetap berusaha menuliskan sebuah buku, setidaknya.

Syukur kepada Tuhan, dua buah buku antologi masih sempat aku berikan kepada bapak semasa hidupnya. Itu adalah sebentuk responsku yang eufemistis atas pernyataannya yang ironis. Ada karyaku yang termuat dalam buku, pikirku.

Buku yang pertama adalah buku bunga rampai "Pelangi Budaya dan Insan Nusantara". Persembahan komunitas Inspirasiana yang terbit atas kerja sama dengan Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD).

"Pelangi Budaya dan Insan Nusantara" (Dok. Inspirasiana)

Buku ini berisi ulasan tentang keunikan budaya dan insan dari berbagai daerah di Nusantara. Saya sendiri ikut menuliskan kisah tentang "Pulu Balang," sebuah kearifan lokal pada masa lalu dari desa asal ibu saya, desa Serdang, dan cerita tentang "Rires" lemang khas dari Tanah Karo di dalam buku itu.

Buku yang kedua adalah buku bunga rampai "Unforgettable Legend" (Legenda yang Tak Terlupakan). Saya bisa ikut menulis di buku ini atas ajakan ibu Nina Sulistiati, seorang kompasianer yang juga tergabung dalam komunitas Inspirasiana.

"Unforgettable Legend", Legenda yang Tak Terlupakan (Dok. Teopilus Tarigan)
Buku ini mengumpulkan kembali dongeng, legenda, sage, dan mite yang tercecer di beberapa daerah. Para penulis yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara menuliskan ulang dongeng yang berada di sekitar mereka dengan penafsiran dan gaya masing-masing.

Saya ikut mengangkat cerita rakyat dari Tanah Karo tentang "Palas Si Pitu Ruang" dan Asal Usul Nama "Deleng Sibuaten". Kisah ini bersama dengan kisah-kisah lainnya dari berbagai daerah di Nusantara kiranya bermanfaat untuk dipakai dalam pengembangan karakter generasi muda melalui nilai dan pesan moral yang terdapat di dalamnya.

Menyerahkan buku
Menyerahkan buku "Unforgettable Legend" kepada bapak, 2/6/2022 (Dok. Teopilus Tarigan)

Meskipun hanya karya sederhana, tapi ada rasa senang tatkala bisa memberikannya sebagai kenang-kenangan kepada bapak. Aku juga memberikan beberapa eksemplar sebagai tambahan koleksi buku ke perpustakaan daerah Kabupaten Karo. Kiranya bermanfaat untuk menambah wawasan para pemustaka yang membacanya terkait aneka ragam budaya Nusantara.

Seperti pesan Najwa Shihab, "Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu, mari jatuh cinta!" Barangkali saja ada yang jatuh cinta kepada membaca dan budaya Nusantara saat menemukan salah satu di antara buku-buku itu.

Lagi pula seperti kata pak Reynus Siboro, seorang Pustakawan Ahli Utama dari Perpustakaan Nasional, bahwa perustakaan adalah wadah untuk memperlihatkan, mengelola, dan mengembangkan potensi daerah dan aneka konten lokal. Jadi, walaupun hanya karya sederhana, kita tidak perlu merasa malu untuk ikut mengambil bagian mendokumentasikannya di perpustakaan daerah kita.

Menyerahkan buku bunga rampai Inspirasiana ke Perpustakaan Daerah Kab. Karo (Dok. Teopilus Tarigan)
Menyerahkan buku bunga rampai Inspirasiana ke Perpustakaan Daerah Kab. Karo (Dok. Teopilus Tarigan)

Menyerahkan buku bunga rampai
Menyerahkan buku bunga rampai "Unforgettable Legend" ke Perpustakaan Daerah Kab. Karo (Dok. Teopilus Tarigan)

Siapa tahu pula itu akan lebih berguna mana kala sampai ke tangan pembaca yang tepat. Sebab kekuatan sebuah buku akan tampak ketika isinya dibawa keluar untuk dipraktikkan.

Melalui buku, semua koleksi pikiran dan pengetahuan manusia, persolan-persoalan dan pemecahannya, beragam kisah dan cerita tentang perjalanan hidup manusia bisa menjadi rujukan dan dokumentasi yang akan tetap hidup setiap kali ia dibaca. Buku membantu kita untuk merayakan kehidupan, sekalipun kita semua pada saatnya akan tiada.

Ia akan hidup walaupun ia sudah mati. Sebuah kenang-kenangan untuk bapak.

Ditulis oleh Teopilus Tarigan  untuk Inspirasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun