Para suporter kedua tim, jurnalis, dan tokoh politik membuktikan sebaliknya. Secara kolektif, mereka menyatakan, penyelenggara dan aparat keamanan tidak menunaikan tugas dengan baik. Penyelidikan sedang dilakukan UEFA.
Keamanan penonton, perangkat pertandingan, dan pemain menjadi prioritas
Apa yang terjadi di Bandung, Hillsborough, dan Paris menjadi bukti bahwa pertandingan sepak bola sangat rawan sehingga perlu diselenggarakan secara cermat. Keamanan penonton, perangkat pertandingan, dan pemain harus menjadi prioritas.
Ada semacam benang merah antara tragedi di Bandung, Hillsborough, dan Paris. Pertama, jumlah penonton tidak diimbangi pintu masuk yang memadai. Kedua, panitia tampak tidak siap dan kewalahan menangani membludaknya suporter.
Siapa yang salah?
Mari kita ambil hikmah dari tiga tragedi yang merugikan keselamatan penonton sepak bola. Pertanyaan "Siapa yang salah" bukan bermaksud memojokkan pihak tertentu.
Seperti penyelidikan Hillsborough yang bahkan berlangsung bertahun-tahun, investigasi tragedi di sekitar stadion memang sangat kompleks jika dijalankan secara serius.
Demikian halnya penyelidikan tragedi di Stade de France yang bahkan membuat hubungan sejumlah entitas Inggris dan Prancis tegang.
Sebaiknya kepolisian, panitia, kelompok suporter, dan PSSI secara serius menyelidiki kejadian meninggalnya suporter di GBLA ini demi membenahi manajemen pertandingan di Indonesia secara umum.
Tidak cukup menyelesaikan perkara ini dengan permintaan maaf dan uang duka kepada keluarga korban. Jika akar masalah tidak ditangani, kejadian serupa sangat mungkin terulang lagi di masa depan!
Apalagi Indonesia dikenal memiliki kelompok-kelompok suporter yang fanatik. Belum lagi oknum warga yang suka menerobos masuk tanpa tiket.Â