Meninggalnya suporter saat hendak menonton pertandingan sepak bola bukan hal baru dalam sejarah sepak bola. Demikian pula kericuhan sebelum pertandingan yang terjadi akibat lemahnya manajemen penonton oleh panitia.
Contoh klasik adalah tragedi Hillsborough yang terjadi saat pertandingan semifinal Piala FA 15 April 1989 di Stadion Hillsborough di Sheffield, Inggris. Tragedi Hillsborough mengakibatkan 96 orang tewas dan 766 lainnya luka-luka.
Para korban kehabisan nafas akibat terdesak kerumunan suporter saat mereka memasuki stadion setelah polisi membuka pintu keluar dalam upaya untuk mengurangi jumlah suporter yang tertahan di luar stadion sebelum pertandingan.
Dalam kericuhan yang terjadi di Hillsborough, beberapa korban tertimpa pagar besi yang roboh. Lainnya terinjak-injak. Para korban berusia 10 hingga 67 tahun dan termasuk 37 remaja.
Tragedi Hillsborough membawa perubahan dalam peningkatan keamanan di lapangan sepak bola di Inggris. Otoritas sepak bola Inggris melarang adanya teras untuk penonton berdiri yang berpagar.
Pada 12 September 2012, Panel Independen Hillsborough menyimpulkan bahwa kesalahan bukan pada penggemar Liverpool. Penyebab utamanya adalah “kurangnya kontrol polisi” di stadion. Sekitar 41 dari 96 orang yang tewas mungkin selamat seandainya koordinasi layanan darurat ditingkatkan.
Tragedi Hillsborough "hampir terulang" di Stadion Stade de France di Saint-Denis Prancis sebelum Final Liga Champions UEFA 2022 antara tim Inggris Liverpool dan tim Spanyol Real Madrid pada 28 Mei 2022.
Terjadi antrian panjang di sebuah pintu masuk, yang dipadati fans Liverpool. Anehnya, oknum polisi Prancis justru menyerang penggemar (terutama fans Liverpool) tanpa alasan dengan menggunakan gas air mata dan semprotan merica.
Tindakan ini kemudian dibela oleh penyelenggara UEFA dan beberapa tokoh politik Prancis, yang menuduh pendukung Liverpool melakukan tindakan tidak tertib. Hal ini menyebabkan pertandingan dimulai terlambat 36 menit. Ratusan orang cedera.