Gara-gara orang lain membuang sampah  sembarangan, pikiran dan hati malah penuh sampah berserakan. Hati dan pikiran  kotor tak karuan.
Orang lain begitu mudah membuang sampah sembarangan, diri ini yang kecipratan dan ikut menyampah di hari dan pikiran.Â
Pagi itu, senyuman seketika berubah menjadi kerutan di wajah. Baru saja kaki melangkah masuk ke tempat kerja sudah muncul perasaan tidak nyaman. Benar-benar merusak suasana hati.Â
Ada apa gerangan yang terjadi?Â
Di dalam boks khusus menaruh plastik bekas tampak berserakan  berbagai macam sampah bercampur sisa makanan.Â
Kenapa bisa? Keterlaluan.
Ingin marah, tetapi tertahan. Pagi-pagi marah tak keren rasanya. Ada juga berdoa.Â
Timbul rasa heran. Mengapa ada orang bisa seenaknya membuang sampah ke situ? Karena di sebelah sudah ada tersedia boks khusus untuk sampah.Â
Saya tak habis pikir dan penasaran. Apa orang yang membuang sampah itu tidak berpikir sebelum membuang sampah itu?Â
Ke mana pikirkannya? Apa tertinggal di rumah?
Karena di boks tersebut tidak ada sampah, sementara di sebelahnya jelas-jelas ada tempat  khusus untuk berbagai jenis sampah.Â
Pagi itu saya disibukkan oleh masalah ini. Tanya sana sini. Siapa pelakunya gerangan? Penasaran.Â
Benar-benar heran. Makanan sisa sudah dibuang, sembarangan pula.Â
Setahu saya semua karyawan yang bekerja minimal sudah SMA. Masa hal sederhana begini tidak mengerti. Kalau tahu orangnya saya ingin mengajari cara membuang sampah yang benar.Â
Otak saya terus berputar mencari jawaban. Ada rasa marah dan juga berpikir macam-macam.Â
Baru menjelang siang seketika jadi waras. Saya tertawa dengan kondisi yang terjadi. Mengapa saya begitu bodoh menguras otak dan hati hanya karena masalah sampah ini?
Tanpa sadar karena urusan sampah saya mengotori  pikiran dan hati dengan sampah emosi negatif. Yang secara tidak langsung sudah meracuni diri sendiri. Artinya merusak kesehatan. Paling tidak yang secara langsung muncul rasa taknyaman.Â
Berlindung di balik rasa penasaran  dan ingin memberi pelajaran kepada orang yang membuang sampah seenaknya itu. Bukan mendapat kebenaran, justru pembenaran.Â
Tidak hanya itu, pada saat yang sama juga tanpa menyadari telah mencemari semesta ini dengan energi negatif. Paling tidak telah menjadi bagian yang telah mengotori semesta.Â
Karena apapun yang dipikirkan, walaupun belum terwujud telah menciptakan energi tersendiri. Positif atau negatif.Â
Akumulasi energi positif akan melahirkan kedamaian  di bumi, sedangkan energi negatif akan berupa bencana dalam berbagai bentuk.Â
Bisa jadi sebuah bencana yang terjadi akibat dari sumbangsih energi negatif dari diri ini. Dikatakan mengalami bencana jangan menyalahkan siapapun, tetapi menerima dengan ikhlas. Karena itu yang harus terjadi.Â
Tanpa menyadari bahwa sampah-sampah pikiran dan hati akan menjadi bencana suatu hari. Ibarat uap air yang naik ke langit lalu turun kembali berupa hujan.Â
Kalau sampah yang berwujud membuang pada tempatnya  atau mengolah kembali dengan daur ulang. Sementara sampah pikiran hati adalah dengan mengendalikan dan bisa juga mengolah menjadi energi positif.Â
Oleh sebab itu, mereka yang mengerti akan selalu menjaga hati dan pikiran dalam kendali dan mengolah dengan bijaksana.Â
@cerminperistiwa 28 September 2021Â