Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Baca: Tiada Membenci

21 Mei 2021   08:21 Diperbarui: 21 Mei 2021   08:22 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Pixabay.com

Kita selalu mengatakan bahwa bukan agamanya yang salah, tetapi orangnya yang tidak benar. 

Pertanyaannya. Mengapa orang beragama yang sudah mendapat pengajaran yang benar  itu masih tetap tidak benar? 

Apabila  orang yang belajar bahwa satu tambah satu itu sama dengan dua, maka di mana dan kapan pun akan tetap dengan keyakinannya 1+1=2.

Apakah beragama itu bukan matematika seperti halnya sepak bola? 

Agama mengajarkan kebaikan, tetapi tetap juga melakukan kejahatan. Agama mengajarkan untuk saling mengasihi, tetap masih membenci juga atas nama berbeda. Baik hanya kepada yang sama dan sepemikiran. 

Sekali lagi, beragama macam apa ini sesungguhnya. Kadang memang sulit memahami, tetapi inilah dunia dengan hal yang membuat kita penuh tanda tanya dan kebingungan. 

Apakah Aku Sudah Mengasihi?

Semestinya kita sepakat bahwa semua agama mengajarkan tentang  cinta kasih kepada siapa dan makhluk apa saja.

Mungkin kita perlu kerendahan dan kelembutan  hati untuk selalu bertanya pada diri. 

Apakah aku sudah mengasihi selama ini? Bukankah agamaku mengajarkan hal ini? 

Apakah kita hanya sebatas bangga telah memeluk agama yang terbaik dengan jaminan masuk surga lalu masa bodoh dengan perilaku hidup kita? 

Lah, dengan membenci pun bisa masuk surga. Buat apa repot baik sama orang yang berbeda keyakinan. 

Selama selalu  dalam pengertian sendiri dan berkeras hati, manusia akan tersesat di jalan yang benar. 

@refleksihati 20 Mei 2021 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun