Mohon tunggu...
Nur Insan Romadhon
Nur Insan Romadhon Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa

Pemula...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kedudukan Wanita dalam Perspektif Agama dan Bangsa

10 Maret 2020   22:30 Diperbarui: 10 Maret 2020   22:32 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebelum masuk ke pembahasan judul, mari kita simak apa itu “Gender?”. Gender merupakan suatu karakteristik yang dijadikan dasar untuk mengetahui perbedaan antara laki-laki dan perempuan dengan dilihat dari segi kondisi sosial,perilaku,mentalitas, dan emosi, serta faktor-faktor nonbiologis lainnya. 

Gender sering disamakan dengan jenis kelamin (sex), padahal gender berbeda dengan jenis kelamin. Jika dikaji lebih dalam, Gender lebih konsentrasi pada karakteristik laki-laki mupun perempuan meskipun secara etimologis intinya sama dengan Jenis kelamin.

Kedua Gender tersebut memiliki karakter yang berbeda satu sama lain walaupun terkadang laki-laki memiliki sedikit sifat wanita yakni lembut dan penyayang begitu pula dengan wanita, tak sedikit wanita yang memiliki karakter tegas dan sinergi seperti laki-laki.

 Dibalik keistimewaan fisik dan sifat Laki-laki, sosok perempuan dalam kehidupan manusia memiliki peran yang begitu penting, terlebih lagi setiap manusia lahir dari rahim seorang perempuan. 

Karena adanya perempuan dan laki-laki, maka lahirlah kita di dunia ini. pada zaman dahulu sebelum adanya pergerakan wanita, kebanyakan sosok perempuan lebih identik dengan sifat fiminim,lemah lembut dan kepasifan mereka. 

Berbeda dengan perempuan, laki-laki memiliki karakter dominan mereka yaitu maskulin dan rebel. karena sifat kepasifan perempuan maka munculah stereotip laki-laki terhadap perempuan, bahwa perempuan adalah makhluk yang rendah. Namun bagaimanakah perspektif Agama dan bangsa yang ada di dunia mengenai wanita?

Dalam buku “Dilema Wanita Karier, Menuju Keluarga Sakinah,” Abdullah A. Djawas menerangkan poin-poin mengenai kedudukan wanita di berbagai perspektif Agama dan bangsa secara rinci. Yang pertama akan saya mulai dengan agama Yahudi. Pandangan Agama Yahudi mengenai wanita adalah:

  • Seorang istri yang ditinggalkan suaminya otomatis berpindah tangan kepada saudara lelaki suaminya.
  • Seorang ibu yang melahirkan bayi perempuan dianggap perempuan najis selama dua minggu. Sedangkan bila  melahirkan bayi laki-laki dianggap perempuan najis hanya selama tujuh hari (Imamat Fasal III ayat 5).
  • Seorang isteri harus tunduk kepada suaminya seperti tunduk seorang hamba kepada Tuhannya (Epesus V ayat 22-24).
  • Doktrin Yahudi Tsalmuth mengatakan tak perlu malu bertelanjang bulat di depan umum.
  • Wanita dipandang sebagai makhluk yang terkutuk karena ia telah menggoda Adam untuk makan buah khuldi yang dilarang Allah sehingga mereka berdua dikeluarkan dari dalam surga. Taurat menyatakan wanita lebih jahat dari maut.

Kemudian diikuti dengan pandangan Agama Kristen terhadap perempuan dalam kitab mereka:

  • Dalam Kejadian 20 diceritakan, karena takut kepada penguasa, nabi Ibrahim terpaksa menyerahkan isterinya Sarah, dibawa pergi Gerar untuk dizinai. Yahuda berzina dengan anak menantunya sendiri bernama Tamar.
  • Dalam II Samuel 13: 1.16 diceritakan bahwa Amon, putra Nabi/ Raja Daud memperkosa adik kandungnya sendiri bernama Tamar, bahkan setelah diperkosa lalu Tamar diusir Onon. Demikian diceritakan dalam Kejadian 387: 0 dan Syrnular 4; 5 berisikan tentang pelecehan seksual terhadap wanita.
  • Nabi Suleiman begitu melihat kekasihnya lalu berkata: Aku sudah menanggalkan pakaianku, mana mungkin aku akan mengenakannya lagi, apalagi aku sudah membasuh kakiku, mana mungkin aku mencemarkannya pula (Syrnular 5: 3). Bahwa lembagamu itu seperti pokok kurma dan dadamu seperti tandan buah (Syrnular 7: 7). Demikian dalam Yehgezkial 23: 2, 28) dan Yehgezkial 23: 19, menggambarkan tentang pelecehan seksual pada wanita.

Beralih dari pandangan Agama terhadap perempuan yang tertulis diatas, di beberapa bangsa juga memiliki pandangan tertentu mengenai sosok perempuan. yang pertama dimulai dari bangsa arab Jahiliyah, mereka dianganggap hina jika melahirkan bayi perempuan maka dari itu bayi tersebut harus dikubur hidup-hidup agar merek tak merasa malu. kemudian jika ada wanita yang kehilangan atau ditinggal mati suaminya , ia harus diasingkan. Bahkan wanita tersebut diwariskan oleh anak tirinya yang lelaki jika ada.

Terkait hal ini, bangsa Yunani kuno juga memiliki pandangan tersendiri yakni:

  • Dalam mitologi Yunani, seorang perempuan imajiner bernama Pandora       adalah sumber segala penyakit kemanusiaan dan kesusilaan. Makanya perempuan diperlakukan secara semena-mena.
  • Peradaban Bangsa Yunani saat itu mulai berkembang dan ketika masyarakatnya memuliakan perempuan dengan menjadikan “ratu” dalam rumah tangga dan mempunyai wewenang mengurus keberadaan rumah tangga. Sedangkan perempuan lacur sangat direndahkan di mata mereka.
  • Setelah mereka mencapai puncak peradaban yang hebat, mereka dihinggapi penyakit pemujaan diri, semacam memberi kebebasan kepada setiap individu. Maka muncullah dunia pelacuran dengan harga yang sangat tinggi. Dan patung-patung perempuan bertelanjang bulat dipajang di mana-mana dengan dalih demi estetika (keindahan) serta dianggap sebagai bagian dari kehidupan beragama. Maka disinilah awal keruntuhan peradaban Yunani yang sangat tinggi di kala itu.
  • Konon, Aristoteles juga pernah mengatakaan bahwa melahirkan bayi perempuan berarti jelek dan perempuan diperlakukan seperti benda (orkoeremma)

Dari bangsa romawi kuno juga memiliki pandangan perihal kedudukan wanita yaitu mereka menganggap wanita sama dengan hewan, kotor dan najis. Mereka dianggap tidak berjiwa dan bahkan tidak kekal di akhirat. Mereka adalah makhluk yang tidak diberi kebebasan untuk tertawa,makan daging dan bercakap-cakap dengan leluasa.

Konon para ilmuwan bangsa romawi mengadakan survey yang berkaitan dengan pandangan wanita dalam hal perkawinannya diantaranya:

  • Diantaranya soneca (4 SM/ 65M) mencatat bahwa wanita mengawini sejumlah laki-laki sebagai suaminya secara bergantian.
  • Yuneval (60 SM/ 130 M), mencatat bahwa seorang wanita dalam 5 tahun saja sudah bertukar suami sebanyak 8 kali
  • St. Yeronne (340 SM/ 420M), menyebutkan bahwa ada seorang wanita yang bersuamikan sebanyak 23 kali

Bangsa Romawi kuno juga menganggap seks diluar nikah sebagai sesuatu yang biasa dan dianggap sebagai jual beli jasa. dan pada saat itu hiburan di aula terbuka mempertontonkan tari telanjang dan banyak dinding yang berrelief lukisan wanita tanpa sehelai pakaian pun. Perjalanan bangsa Romawi kuno tidak berbeda jauh dari yunani kuno. 

Pada awalnya wanita disepelehkan dan hari kian berlalu mereka mulai sadar dan mulai mengangkat kehormatan perempuan dan memuliakannya, dan sejak itu hubungan diluar nikah dilarang, pengawasan terhadap penyimpangan-penyimpangan seksual sangat ketat, sehingga seorang senator romawi yang mencium istrinya di depan anaknya diberhentikan dari jabatan sebagai senator romawi yang mencium isterinya didepan anaknya diberhentikan dari jabatan sebagai senator.

Sejarah juga pernah mencatat bahwa di zaman Arab jahiliyah, beliau Nabi saw  pernah berupaya untuk menghapus budaya yang merendahkan dan melecehkan kaum perempuan. 

Namun sampai detik ini disana  masih ada saja segolongan masyarakat yang tetap saja merendahkan kehormatan wanita walaupun lingkungan mereka mayoritas umat beragama islam. Dan ironisnya mereka menggunakan justifikasi atas dasar Agama. Namun mengapa hal ini terjadi hingga saat ini?

Salah satu dari begitu banyaknya penyebab pelecehan wanita adalah rendahnya kedudukan Wanita juga mengingat karakteristik wanita yang begitu pasif dan lemah dimata laki-laki. Dilain sisi, seringkali penurunan martabat,kedudukan,serta moral wanita juga disebabkan oleh suatu tindakan yang mereka lakukan sendiri seperti contoh kasus PSK. 

Mereka menjual kehormatan mereka kepada para hidung belang demi kepuasan sesaat yang membuat kerusakan berlipat-lipat dan juga. Permasalahan ini sangat mempengaruhi kedudukan perempuan dimata laki-laki, apalagi di zaman sekarang segala sesuatu bisa didapatkan dengan cukup cepat. 

Teknologi yang berkembang pesat juga kemungkinan dapat mendorong motif buruk tersebut. Melalui media online segala sesuatu yang bersifat positif maupun negatif bisa kita dapatkan dengan waktu yang luar biasa singkat.

Apakah ada langkah untuk meningkatkan kedudukan perempuan saait ini? pasti ada, karena disetiap permasalahan pasti ada solusi, yakni dari yang terkecil yaitu meningkatkan kesadaran akan harkat dan martabat setiap individu khususnya pihak perempuan kemudian diikuti oleh laki-laki. Dan masih banyak lagi cara untuk mengatasi hal tersebut.

Dalam agama, islam, perempuan dijunjung tinggi kedudukannya dan menempati tempat yang terhormat.m Nabi Saw pernah berkata dalam perkataanya yang begitu populer yaitu “Dunia adalah perhiasan dan sebaik – baik perhiasan dunia adalah wanita.” dan di diriwayat lain Umar Ibn Khattab r.a juga pernah mengatakan “Wanita bukanlah pakaian yang bisa engkau kenakan dan kamu tinggalkan sesuka hati. Wanita itu terhormat dan memiliki haknya.”

Islam Menegaskan bahwa kaum laki-laki adalah pelindung untuk kaum perempuan. Kedua gender tersebut telah masing-masing diberi kelebihan untuk saling melengkapi. keunggulan fisik laki-laki dan organ reproduksi perempuan jangan kita pahami sebagai kelebihan atau kekurangan, tetapi keduanya harus diarahkan untuk menjalankan fungsinya secara proporsional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun