Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Darah Saudaramu Berseru ke Surga, Refleksi 1 Tahun Perang Rusia-Ukraina

25 Februari 2023   05:19 Diperbarui: 25 Februari 2023   06:30 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada seorang teman yang menjelaskan kepada saya supaya mengapa damai itu sulit sekali terjadi di sana. Katakan saja, saya hidup bersama dengan tetangga. Saya punya halaman rumah yang besar, punya istri dan anak-anak.

Lalu sekarang ini, tanah saya tidak punya lagi, istri sudah dirampas, anak-anak sudah kemana tidak tahu lagi. Mungkinkah damai dengan orang yang saya tahu mereka adalah pelakunya?

Katanya, demikianlah situasi di Ukraina saat ini. "Oh saya langsung tidak sanggup mengatakan apa-apa." Dengan cara apa supaya bisa mencapainya?

2. Bagaimana menjawab pertanyaan eksistensial?

Kemarin saya bertemu dengan seorang ibu berusia 87 tahun. Ibu itu mengungkapkan kekecewaannya. Dia berkata, "Herr Pfarrer, maaf saya tidak bisa datang ke gereja, karena bagaimana mungkin dalam dua tahun, Tuhan mengambil suami dan anak-anak saya dan meninggalkan saya sendirian?"

Saya hanya bisa memegang pundaknya dan berkata dengan tenang apa yang saya yakini, "Tuhan tidak menginginkan kematian; tetapi manusia sendiri memilih kematian karena dia menjauhkan diri dari Tuhan, sumber kehidupan."


Lebih lanjut ia menceritakan kebiasaan suaminya, dari situ saya mengerti bahwa memang kesalahan sendiri karena tidak sanggup menyangkal keinginan diri, makanya tertimpa sakit.

Larut dalam cerita dan saya hanya mendengarkan saja, ia akhirnya sadar bahwa suaminya punya kelemahan dan kesalahan, seperti hidup yang tidak teratur.

Kita masing-masing adalah Adam, seorang manusia dengan segala sesuatu yang menjadikan kita manusia: bakat dan kemampuan, kelemahan dan kesalahan, kebebasan dan tanggung jawab. 

Demikian juga konteks Ukraina dan Rusia sering menyisakan cerita tentang gugatan di manakah Allah? Apakah Ia tidak sanggup membantu menyelesaikan persoalan di sana? Mengapa Ia membiarkan saja rakyat Ukraina menderita dan mati?

Saya merasakan bahwa betapa sulitnya menjawab pertanyaan orang-orang yang secara langsung mengalami perang. Dari situ, sebenarnya kita diingatkan bahwa betapa pentingnya menjaga keutuhan bangsa ini. Perang itu tidak pernah lagi mengenal kata peduli pada manusia dan masa depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun