Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ada 5 Alasan Indikasi Sekularisasi Tradisi Bertani Masyarakat Indonesia dan Tantangannya

21 Juni 2022   21:18 Diperbarui: 24 Juni 2022   09:08 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada 5 alasan indikasi sekularisasi tradisi bertani masyarakat Indonesia dan tantangannya | Dokumen pribadi oleh Irna Nembo

Perubahan iklim dan kontur tanah sudah seharusnya menjadi aspek yang perlu dipertimbangkan dalam konteks pembahasan terkait tradisi bertani.

kontur tanah yang cocok untuk sayuran daripada padi | Dokumen pribadi oleh Irna Nembo
kontur tanah yang cocok untuk sayuran daripada padi | Dokumen pribadi oleh Irna Nembo

Kalau dulu rupanya tingkat kesuburan tanah jauh lebih tinggi, bahkan tanpa bantuan aneka macam pupuk. Saat ini, sepertinya tidak bisa bertani tanpa pupuk. Mengapa seperti itu?

Ada 2 alasan berikut ini:

  1. Angka pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk desa yang juga adalah petani semakin banyak, yang berdampak pada pembagian lahan kerja. Jika seseorang hanya punya satu atau dua lahan kerja, maka mau tidak mau setiap tahun dia harus tetap menggarap lahan yang sama. Dulu setiap petani punya banyak lahan, satu bidang lahan baru digarap beberapa tahun kemudian. Oleh karena sebenarnya tidak membutuhkan pupuk lagi.

  2. Curah hujan yang semakin sedikit dan suhu panas banyak, bahkan perubahan iklim sudah sulit ditebak oleh petani lagi.

4. Kemajuan informasi dan komunikasi

Kemajuan informasi dan komunikasi saat ini yang tidak bisa dibendung lagi. Siapa saja boleh mengonsumsi informasi untuk kemajuan hidup dan bahkan untuk kemajuan usahanya.

Sangat mungkin bahwa melalui kemajuan informasi itu, para petani semakin menjadi cerdas, bahkan punya sikap dan keputusan sendiri bahwa yang penting saat ini adalah kecepatan memperoleh hasil, kualitas dan pemasarannya.

Bagaimana petani di desa bisa setia bertahan dengan tradisi bertani, kalau hidup sebagai petani padi, misalnya, setahun hanya sekali panen dengan hasil yang sangat sedikit. Bagaimana bisa hidup?

Petani yang cerdas, tentunya akan punya keputusan lain. Misalnya, mereka punya kebun padi, jagung seadanya saja sekedar untuk mengenang warisan dan tradisi nenek moyang mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun