Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Belajar dari Gebrakan Metaverse Jerman untuk Pendidikan di Indonesia

6 April 2022   03:15 Diperbarui: 6 April 2022   20:13 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kuliah di Luar Negeri (Jacob Ammentorp Lund)

Keuntungannya sangat jelas, hemat waktu, dan juga dari segi keamanan sangat terjamin, karena tanpa perlu kontak dengan orang lain pada situasi Covid 19 waktu itu.

2. Pengguna ruang metaverse mampu menerjemahkan mimpi manusia menjadi kenyataan saat ini

Jejaring sosial saat ini bertujuan untuk menyatukan penggunanya di alam semesta virtual. Bahkan bisa dikatakan di dunia metaverse ini, orang bisa bertemu, berinteraksi, atau bahkan bekerja. Apa yang terdengar seperti fiksi ilmiah bukanlah mimpi masa depan, tetapi sudah mungkin terjadi hari ini.

Penerjemahan mimpi menjadi kenyataan itu sangat tergantung pada internet. Apa yang diinginkan manusia bisa saja sangat cepat terpenuhi jika koneksi internet itu ada dan memungkinkannya.

Penerjemahan mimpi itu menjadi sangat praktis bagi pendidikan yang menuntut dalam waktu cepat bisa mengetahui banyak hal melalui cara berkomunikasi secara luas tanpa batas dengan orang lain di belahan dunia lainnya.

3. Dunia metaverse menjadikan manusia tidak sendirian

Kemampuan manusia hidup di tengah kemajuan dunia digital saat ini, pada sisi positifnya menjadikan manusia tidak pernah merasa sendirian.

Lihat saja secara fisik orang berjalan sendiri, tetapi ada satu alat kecil yang menempel pada kupingnya; oleh karena itu dia bisa tertawa dan berdiskusi layaknya dengan orang lain yang selalu bersamanya.

Bagaimanapun juga kemajuan seperti ini sebenarnya bisa menjadi begitu efektif dalam konteks pendidikan. Orang bisa belajar kapan dan di mana saja bersama siapa saja dan di mana saja.

Seorang peneliti dari laboratorium realitas eksperimental dari pusat pemasaran Münster, Jerman, Prof. Dr. Thorsten Hennig-Thurau, menulis seperti ini, “Kita bisa bergerak melalui dunia virtual dalam bentuk avatar. Intinya, bagaimanapun, terletak pada kenyataan bahwa kita tidak sendirian di sana, tetapi menjadi aktif secara sosial.“(bdk. www.xrlab-mcm.space)

4. Perusahan-perusahan yang berkelas internasional akan menggunakan teknologi jasa metaverse

Persaingan dan supremasi di metaverse sebenarnya sedang berlangsung saat ini. Di Jerman misalnya sudah mulai digunakan dalam konteks uji coba.

Baru-baru ini muncul istilah Digital Test Autobahn (DTA), atau program digital uji coba mobil tanpa pengemudi di jalan tol. Pengguna jalan tol dikejutkan dengan rambu lalu lintas yang baru hitam putih di jalan tol.

Produsen mobil, perusahaan telekomunikasi dan perusahaan IT sedang menguji komunikasi digital berwawasan ke depan atau metaverse antara jalan dan mobil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun