Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Ada 4 Proses Pengolahan Diri Menjadi Pendamping Orang Sakit

1 Februari 2022   04:10 Diperbarui: 1 Februari 2022   21:45 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada 4 proses pengolahan diri menjadi pendamping orang sakit | Dokumen pribadi oleh Ino

Dalam suatu kesempatan latihan saya merasakan bahwa benar-benar perbedaan kultur dan latar belakang akan sangat memengaruhi cara berpikir. Seorang pasien pada saat berbicara dia mengatakan bahwa dia mau membeli sebuah mobil. Padahal kondisinya sudah di paliatif.

Bagi pasien itu mobil adalah simbol yang penting untuk menjelaskan segala kerinduannya, seperti rindu untuk mengunjungi teman dekatnya, rindu untuk pergi bersama istrinya, mengunjungi tempat masa kecilnya. Namun, ketika mendengar keinginan pasien seperti itu, saya merasakan ini sungguh tidak realistis. Masak sih sudah mau meninggal masih mikir mobil? 

Oleh karena saya berpikir bahwa kerinduan itu tidak realistis, maka saya tidak tertarik dengan tema yang diutarakan pasien yang adalah simbol penting dalam hidupnya. 

Saya mengalihkan pembicara sama sekali tidak ada hubungannya dengan mobil, tetapi saya bertanya tentang keadaan keluarga dan anak-anaknya.

Pada saat itu pasien menjadi kecewa, hal itu karena pasien merasa bahwa saya tidak tertarik dengan permintaan terakhirnya. Pembicaraan yang dengan seorang Seelsorge yang semesti bisa mempertegaskan simbol penting dalam hidup pasien akhirnya berakhir dengan kesedihan.

Berangkat dari pengalaman perbedaan aksen cara berpikir itulah, saya belajar lebih lagi. Dari kesalahan-kesalahan, saya belajar lebih banyak lagi. Setiap kesalahan yang dilakukan tidak dengan sengaja terkadang punya maknanya sendiri.

Ya, namanya saja belajar mempersiapkan diri sebagai seorang Seelsorge, makanya dalam proses belajar itu, siapa saja dibentuk di dalamnya untuk mendekati tuntutan-tuntutan umum dan bahkan tuntutan budaya orang lain. 

Keberanian untuk membuka diri terhadap koreksi dan pengalaman orang lain, selalu menjadikan diri kita lebih mengerti dan memahami diri secara lebih baik lagi.

Demikian beberapa poin refleksi terkait 4 proses pengenalan diri yang menolong seseorang menjadi pendamping orang sakit. Masih ada banyak sekali aspek yang bisa direfleksikan lagi dari hari-hari kursus itu. 

Sebuah proses perjumpaan dengan yang lain adalah juga proses belajar yang tidak hanya membuka perspektif orang lain, tetapi juga lebih-lebih membuka pemahaman diri sendiri. 

Pada prinsipnya, setiap perjumpaan dengan yang lain, selalu mendatangkan getaran dan resonansi yang memperkaya batin dan tentu hidup itu sendiri. Ya, orang akan hidup dalam kekayaan perspektif tentang manusia, alam dan dunia umumnya.

Salam berbagi, ino, 1.02.2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun