Sementara itu, tentu banyak orang tidak suka kalau selalu dikontrol dan harus berulang kali menjelaskan tujuan perjalanan, asal penerbangan dan lain sebagainya pada sisi yang lainnya.
4. Terpaksa mengikuti PCR Tes meskipun badan terasa lelah karena perjalanan jauh
Mengikuti tes PCR (Polymerase chain reaction) di hotel penginapan oleh tim satgas dan tim medis itu sebetulnya bukan merupakan persoalan, namun coba bisa dibayangkan setelah 17 jam perjalanan lalu sekitar 3 jam menunggu dan situasi lainnya.
Kemudian dengan situasi seperti itu, orang harus mengikuti tes PCR, benar-benar seseorang berada dalam situasi ketegangan dan kelelahan. Pertanyaannya apakah dengan situasi seperti itu merupakan situasi ideal untuk mengikuti suatu tes PCR.
Demi kepastian kondisi sehat, semua itu dilakukan, ya mesti dengan penuh pengertian dan kesabaran. Saya percaya bahwa semua aturan yang dibuat pemerintah di masa krisis covid19 ini bertujuan untuk hidup dan keselamatan manusia.
Semakin mengenal keadaan itu, saya semakin tidak suka, sebenarnya hanya karena cara tertentu saja, seperti misalnya tes yang dilakukan tidak dalam kondisi yang benar-benar siap, namun oleh karena situasi khusus dan untuk tujuan yang lebih besar dan demi kepentingan keselamatan banyak orang, maka mau tidak mau, saya belajar mengikuti dengan lapang hati.
Semakin mengenal situasi, maka semakin ceroboh bisa saja terjadi di mana saja dan kapan saja, lebih-lebih ketika kompromi kepentingan tertentu menyusup masuk ke sana. Itulah kenyataan, selalu saja ada yang ceroboh, tidak respek dan memanfaatkan situasi sulit orang lain.
Demikian beberapa alasan mengapa ungkapan Familiarity breeds contempt relevant. Meskipun ungkapan itu relevant, orang tidak diharapkan hidup dalam pengaruh ungkapan itu, tetapi orang perlu mengetahui agar semakin ia mengenal situasi, semestinya semakin orang punya respek pada orang lain, petugas satgas dan tim medis, juga respek pada situasi dan kebutuhan orang lain.
Salam berbagi, ino, 2.08. 2021.