Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Toxic Positivity Itu Tidak Selamanya Negatif

29 Juli 2021   14:42 Diperbarui: 5 Agustus 2021   08:35 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tersenyum, salah satu cara untuk berpikir positif. (sumber: PEXELS via kompas.com)

Toxic positivity yang menghibur

Dalam hati kecilku, saat ia bercerita demikian, "apa-apaan ini ?" Jantung berdebar banget lho. "Ya, aku seorang Indonesia yang adalah manusia biasa, yang punya hati, perasaan dan cinta." Ehm...ehm... itu  Toxic positivity ku yang paling menghibur.

Saya terpesona dengan mahasiswi Polandia itu. Dia selalu mengajak saya mencari teman duet pingpong atau juga bisa cari teman untuk bernyanyi dan dia bermain gitar.

Wow saat yang sangat menyenangkan. Suaranya sangat merdu, begitu halus petikan gitarnya dan beberapa keunggulannya lainnya yang secara manusiawi hampir begitu sering larut dalam Toxic positivity tanpa tahu itu sebuah manipulasi rasa.

Ya, saya hanya ingin terus dekat dan berkomunikasi dengannya bahkan sampai suka nasihat positif. Ya benar-benar sebuah Toxic positivity.

Menariknya bahwa kami sama-sama pada tahun itu belum mengenal istilah Toxic positivity. Karena bagi kami, jika ada fenomena itu, kami selalu menerimanya sebagai suatu bentuk dukungan yang indah, seakan-akan tanda perhatiannya yang khusus.

Suatu waktu Emilka menderita sakit kanker. Tanpa terus terang bercerita sakit kanker apa. Dia selalu enggan mengatakan pada saya, apa jenis kankernya.

Saya tidak mau memaksakan nya, karena terlihat dia sedang dalam dilema besar antara malu berkata jujur dan kebutuhan psikisnya untuk merasakan support dari saya.

Saya berusaha lebih tenang dari dia yang begitu sedih dan murung karena baru saja menerima vonis dokter tentang keadaannya.  Ya, ia menderita kanker.

Saya mendengar dan terus mendengar segala curahan hatinya, tanpa banyak berkata-kata atau berusaha masuk dalam fenomena Toxic positivity.

Ilustrasi untuk Toxic positivity yang berdampak pada kesembuhan pada penderita kanker | Dokumen dari: neuernarrative.de
Ilustrasi untuk Toxic positivity yang berdampak pada kesembuhan pada penderita kanker | Dokumen dari: neuernarrative.de

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun