Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Cara Mengatasi Debaran Jantung pada "Kencan Pertama"

23 April 2021   03:18 Diperbarui: 23 April 2021   13:42 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup manusia ternyata bisa juga ditopang oleh kekuatan kata-kata cinta. Doa dan berkat bisa mengubah hidup manusia. 

Kencan pertama bagi saya merupakan tema yang sangat menantang. Tantangan berat adalah bagaimana pengalaman kencan pertama dalam tanda petik saat jantung berdebar-debar bertemu seseorang yang saya kagumi. Saya coba berbagi pengalaman yang bagi saya indah dan menantang pada tahun 2016. 

Pada tahun itu, saya bersama beberapa teman orang-orang muda Jerman berangkat ke Perancis, persisnya di komunitas Taize, tempat di mana makam Bruder Roger dan komunitas doanya eksis sampai sekarang.

Taize bagi kalangan orang muda Eropa, nama itu sudah tidak asing lagi, karena hampir setiap tahun orang muda dari seluruh dunia datang ke sana untuk mengikuti acara mereka, ya sebuah komunitas yang terbuka pada gagasan universal dan pluralitas.

Di sana setiap orang yang hadir diberikan kesempatan untuk penginapan, sarapan, makan siang, makan malam, namun dengan ukuran yang sedikit lebih terbatas. Bisa dimaklumi karena dalam waktu bersamaan, ada ribuan orang. 

Bagaimana melayani ribuan orang? Meskipun demikian, toh kebagian juga makan. Di sana, saya belajar mengalami makan untuk hidup, dan hidup bukan untuk makan. 

Cerita dengan tema "kencan pertama" tidak terpisah dari Perancis. Bagi saya Perancis adalah kenangan indah yang sulit dilupakan. Perancis bagi saya adalah sebuah nama yang membuat saya ingat Alexandrina, seorang Rumanian. Waktu itu dia berteman dengan seorang suster Ortodoks dari Aegypten atau Mesir yang berbicara bahasa Arab. 

Alexandrina sendiri lahir dan besar di Jerman. Ia adalah seorang guru bahasa Jerman, meskipun begitu ia berbicara dengan aksen khusus Bayern Munchen begitu kental. 

Pagi hari itu udara sejuk dan indah. terdengar deringan lonceng makan lalu lonceng berikutnya untuk memberikan isyarat kepada ribuan peserta dewasa kembali ke halaman yang begitu luas dan sudah disiapkan kursi-kursinya.

Setiap orang diberikan kebebasan untuk duduk berkelompok dan tidak lebih dari tiga orang. Saya tiba-tiba berjumpa dengan Alexandrina, hanya karena mereka berdua paling dekat dari posisi saya berdiri pada waktu itu dan kebetulan cuma dua orang. Saya tentu ikut bergabung sebagai pelengkap.

Kelompok itu adalah kelompok diskusi dan juga kelompok sharing Kitab Suci. Saya sendiri tidak tahu sebelumnya bahwa kedua teman diskusi saya itu adalah dua teman lama yang sudah lama berkenalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun