Ruhezeit atau waktu istirahat dipercaya sebagai waktu untuk mengambil energi baru untuk tubuh dan tentu untuk kesegaran pikiran, ketenangan jiwa, bahkan kedamaian hati.Â
Ruhezeit mengingatkan saya akan istilah bahasa Indonesia di era 80-an bersenang. Kata bersenang pada zaman itu menjadi kata yang paling diharapkan, maklum sebagai anak Sekolah Dasar, gairah untuk menikmati pelajaran masih terlalu kurang, apalagi pelajaran Matematika, yang selalu dianggap sulit dan melelahkan otak.Â
Bersenang selalu menjadi impian, yang bila perlu datang segera dan sesering mungkin. Akan tetapi, zaman itu, bersenang dimengerti sebagai saat untuk senang-senang.
Bagi anak-anak, saat bersenang sama dengan saat bermain bola. Ya, itulah bersenang, kata yang bisa berbeda makna pada waktu dan konteks tertentu.
Saat ini, ketika saya mengenang kata bersenang, jujur kedengarannya lucu. Memang, kata bersenang itu di awal tahun 90-an sudah digantikan dengan kata istirahat. Kemudian, orang sebut kata lain, tapi dengan maksud yang sama, kata pause.
Namun, kata pause dimengerti lebih dalam arti berhenti sejenak dalam suatu kegiatan, selanjutnya orang bisa melanjutkan lagi kegiatan seperti Seminar, dll. Memang pause adalah saat penting untuk sejenak menarik nafas, atau saat untuk minum secangkir kopi hitam, dll.Â
Beberapa istilah seperti bersenang dan pause tetap tidak sama ketika orang mengatakan Ruhezeit. Makna kata Ruhezeit itu lebih dimengerti sebagai waktu untuk sunyi, tenang dan hening dalam waktu yang sedikit lama.Â
Meskipun demikian kata Ruhezeit, tetap saja sinonim dengan kata bersenang, pause, beristirahat, rehat. Tentu perbedaan ini berangkat dari pengalaman merasakan bagaimana Ruhezeit di sungai Rhein di pinggiran Mainz, Jerman.Â
Ruhezeit di pinggir sungai Rhein itu lebih merupakan pengalaman pribadi yang tentu berbeda ketika saya mengatakan Friedhof atau taman damai.
Dua kata bahasa Jerman itu sungguh bermakna bagi saya bukan saja soal istilah dan artinya, tetapi juga soal maknanya. Nah, apa saja pengalaman Ruhezeit di pinggir sungai Rhein dan pengalaman di Friedhof umumnya di Jerman.
1. Ruhezeit
Waktu istirahat, waktu hening merupakan saat istimewa bagi saya. Berulang kali, saya menikmati Ruhezeit di sungai Rhein dengan alasan yang berbeda. Alasan untuk berada di sana tentu berkaitan dengan situasi batin dan pikiran:
a. Saat kehilangan inspirasi
Alasan datang ke pinggir sungai Rhein yang paling sering saya alami adalah karena kehilangan inspirasi. Dengan penuh kesadaran saya mengalami keindahan sungai Rhein, seperti pada Foto di atas itu.Â
Siapa saja akan mengatakan disana adalah tempat yang indah. Pada saat yang sama, pikiran dan fokus perhatian orang akan dialihkan dengan cepat oleh alamnya.Â
Wajah sungai Rhein selalu berubah-ubah sesuai perubahan 4 musim yang ada. Air yang hijau mengalir tenang, berisik gelombang tanda dilalui kapal-kapal barang dan kapal penumpang, merpati berterbangan lalu bertengger dekat dan ramah dengan manusia.Â
Angsa berenang dan menyelam dengan mudah bisa dilihat di sana. Tak hanya itu, semua keindahan itu itu bisa dinikmati secara cuma-cuma di sana.Â
b. Saat latihan untuk memotret
Berada di sungai Rhein untuk menikmati Ruhezeit tidak pernah sia-sia. Hal ini karena hal-hal positif bisa dirasakan secara langsung. Pemandangan tentang sungai yang bersih tanpa sampah plastik, selalu menjadi objek yang menarik untuk dikenang dan direfleksikan.Â
Belum lagi paduan dan dandanan langit biru dengan corak awan bertaburan bercak-bercak putih, sungguh memanjakan mata. Keindahannya menaburkan inspirasi sunyi, bahkan sepi dari ambisi.Â
Kesempatan dan ruang untuk latihan mengambil gambar-gambar nyata dari keindahan alam di sana memang selalu terbuka, sejak pagi hingga malam. Â
Pesisir sungai yang hening tanpa ancaman dan gangguan. Ya, suatu Ruhezeit yang bisa menghadirkan gambar kenangan masa lalu, dan bahkan bisa berdialog secara imajiner untuk berubah pada hari ini.Â
Suatu waktu yang tidak pernah terpikirkan dahulu, tetapi mengapa sekarang ini saya bisa ada di sini, pada saat-saat hening, sepi dan sunyi ini.
c. Saat untuk bersyukur pada Pencipta
Kesempatan istimewa yang berlimpah dengan keindahan tak terduga dan tak terbayarkan itu bisa dinikmati secara cuma-cuma kapan saja. Kata apa yang pantas diucapkan di sana?Â
Syukur adalah kata utama yang tidak tergantikan. Syukur terukir spontan dari kedalaman hati, bahkan syukur itu bisa terucap spontan, Dank sei Gott, terima kasih Tuhan.Â
Suatu pengalaman yang menyadarkan tentang betapa besarnya cinta Tuhan kepada manusia. Ia telah memberikan langit yang selalu berubah, awan yang berlari dan berkejaran tiap hari, udara yang segar, manusia yang ramah, burung-burung yang jinak, lalu lintas kendaraan yang tertib dan disiplin, sungai yang bersih dan indah, pohon-pohon yang ditata dengan rapi.Â
Ya, keindahan yang diberikan berpadu dengan mentalitas dan kesadaran manusia yang cinta lingkungan telah mengubah atmosfer Ruhezeit menjadi begitu istimewa.
2. Friedhof
Istilah Friedhof terdengar enak diteilinga, meskipun kalau dimengerti secara Indonesia, tempat itu adalah tempat yang seram, ya kuburan atau pemakaman. Friedhof adalah tempat, di mana orang mati itu dimakamkan. Umumnya di Jerman orang menemukan Friedhof sebagai tempat yang indah, damai.Â
Tidak heran Friedhof bisa diterjemahkan secara sederhana sebagai tempat damai. Tentu istilah Friedhof itu benar sesuai kenyataannya. Mengapa begitu?Â

a. Friedhof selalu ditata dengan rapi, ada jalur jalan, ada taman yang ditanam bunga-bunga hidup yang indah, ada batu nisan dengan tulisan nama dan pesan yang bermakna.
b. Friedhof itu menjadi tempat hening. Di sana orang bisa menemukan orang tua dan muda datang membawa bunga-bunga hidup untuk berdoa dan mengenang orang tua, teman atau sahabat mereka.
c. Friedhof adalah tempat untuk jalan sehat. Siapa saja bisa menikmati keheningan, keindahan di sana. Ada pohon-pohon hijau yang ditanam begitu teratur. Suasana Friedhof selalu memberikan rasa damai tentunya.Â
d. Friedhof sebagai perhentian terakhir hidup manusia. Di sana bagaikan rumah besar untuk semua manusia, tak pandang lagi agama apa seseorang.Â
Semua dimakamkan di sana. Dimakamkan pada tempat yang penuh damai dan hening.Â
Di sana tidak hanya mungkin mendatangkan inspirasi dan refleksi tentang kematian, tetapi juga bisa memberikan perspektif tentang kehidupan yang damai pada akhir dari seluruh rentang sejarah hidup manusia.
Tentu berbeda, kalau saya ingat dengan kisah keponakan saya yang sekian lama tinggal di Jakarta, lalu suatu waktu kembali ke kampung halaman untuk sekedar mengunjungi makam sang Opa dan Oma yang beberapa tahun silam meninggalkan dunia. Ia kembali ke Jakarta dengan kecewa berat, pasalnya, makam tempat ia menyalakan lilin itu, ternyata bukan pada makam kakek tersayangnya.Â
Bayangkan, makam saja bisa salah lho. Mengapa begitu? Sang ayah dari ponakanku pernah berkomentar seperti ini: Mana pemakaman dan mana pemukiman?Â
Ya, saya rencana, jika saya kembali ke kampung halaman, makan saya akan bercerita tentang Friedhof di Jerman, dan jika memungkinkan saya akan mengajak masyarakat agar menyiapkan suatu tempat khusus pemakaman yang bisa ditata dengan baik, disertai dengan bunga-bunga hidup.Â
Ya, sekurang-kurangnya tempat itu bisa menjadi lebih jelas, siapa yang dimakamkan di sana, bisa juga menjadi tempat sunyi, dimana orang bisa hening dan berdoa di sana.
Untuk mengubah cara pandang masyarakat yang begitu kuat dipengaruhi keyakinan adat itu tidak mudah. Meskipun demikian, saya percaya bahwa semua itu tidak berarti tidak mungkin.Â
Pemahaman tentang pentingnya saat hening, sunyi, sepi untuk merenungkan tentang makna hidup yang bisa mengubah suasana hidup saat ini menjadi lebih baik, tentu selalu dibutuhkan manusia di mana saja.Â
Contoh dan makna yang dipelajari dari budaya lain dan dari orang lain tentu bisa menjadi pengalaman bermakna yang sangat mungkin menjadi sumbangan positif untuk suatu kebaruan di masa depan, bukan cuma untuk diri saya saja, tetapi juga untuk banyak orang.Â
Keharmonisan dan kedamaian itu adalah kerinduan bersama semua manusia. Salam berbagi.
Ino, 12.03.2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI