Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Resign? Oh No, You Are My Hand, Batal Kok Bisa?

11 Maret 2021   17:17 Diperbarui: 12 Maret 2021   22:46 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari terus berganti, hingga saya semakin jauh dari musim dingin, namun semakin ramah menyongsong Semi di Eropa. Kerinduan untuk melihat bunga-bunga mekar di pinggir jalan menggebu dalam hati. Pikiran terseret sudah di musim semi. Mata yang sudah sering nyaman menatap Mawar berwarna pun berbinar-binar menanti. 

Ya, hari berganti menyibak rona baru pada detak-detak waktu yang terus merapat ke lubuk sang Semi. Pagi cerah tak menyangka, saya mendapatkan bingkisan bunga cerita tentang "You are my hand." 

Sudah dua tahun saya melihat simbol religi yang ada di depan meja belajar ikon Yesus tanpa tangan kiri. Saya hanya mencoba untuk logis berpikir, jika Ia manusia utuh, maka semestinya Ia memiliki dua tangan. Namun, nyatanya sekarang cuma sebelah tangan. Mengapa hilang, di mana tangan sebelahnya, apa artinya? 

Dua tahun pertanyaan itu larut dalam kesibukan saya, hingga tak terpikirkan lagi untuk menemukan jawabannya. Ikon yang awalnya mengganggu pikiran, kini terasa biasa, sebagai realitas kelemahan manusia. Ya, tangannya patah, entah jatuh dan hilang di mana. 

You are my hand, kata-kata ini menyeret saya pada suatu kejadian romantis di musim Sommer tahun lalu, dua Mahasiswa yang menikmati Sommer di sebuah teras dekat Universitas. Keduanya menikmati Eis Cream kesukaan mereka. Romantis memang. Keduanya sesekali memandang tanpa kata, meskipun Eis cream jadi hiburan mulut yang kontras saat musim panas. Ekspresi cinta akhirnya berubah, keduanya berganti saling menyuap Eis Cream. Sang cowok memberikan Eis Cream ya untuk dinikmati teman ceweknya. 

Sommer yang indah. Keduanya beradu pandang berulang-ulang, sunyi, pulas dalam atmosfer asmara hari itu, hingga sang cowok sekali lagi menyuap sang Blonde yang parasnya kaya Monalisa. Kali ini ia bumbui dengan kata-kata indah, "you are my hand" 

Saya menahan tertawa di samping meja mereka. Saya hanya bisa mengagumi keindahan Sommer di Eropa dengan cara menyimpan kenangan "you are my hand." Tak terpikirkan juga bahwa suatu saat, saya menulis kisah itu. 

Pagi di ambang musim Semi tiba. Saya baca satu pesan dari teman, yang begitu singkat menulis, "Hai, apa kabar? Saya menjawabnya," Kabarku baik, tapi, jujur ni, aku pengen dengar suaramu, ya jika punya waktu, kita bisa cerita ya." Jawabnya spontan," Oh, saya punya waktu, bisa banget. " 

Kami bercerita mungkin cuma setengah jam, namun tidak menyangka bahwa, temanku itu bercerita tentang Perjalanannya bersama kakaknya ke Bandung. Mereka akhirnya berjumpa dengan beberapa calon imam Ordo Santi Camilan (OSC) di Bandung. 

Keduanya penasaran dengan taman dan tempat doa yang hening, tenang dan damai. Keduanya meminta agar mereka masuk sampai ke halaman dalam, meskipun kata Frater, di bagian dalam itu cuma untuk kalangan sendiri, ya wilayah privat tentunya. Anehnya, teman itu menceritakan bahwa ia juga melihat ikon Yesus yang hanya punya satu tangan. Ia pun bertanya seperti saya, di mana tangan satunya, mengapa tinggal satu tangan. Ya, ia bertanya mirip seperti saya, ketika bertanya pada dua tahun silam. 

Aneh ya, ternyata dalam hidup ini ada juga kisah-kisah hidup yang mirip dan secara kebetulan dalam kesempatan berbagi, menjadi tahu bahwa kisah-kisah itu mirip, bahkan kisah orang lain bisa menjadi jawaban pertanyaan saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun