Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Topik Miras Belum Selesai Dibahas? Ini Ada 4 Alasan Krusial

2 Maret 2021   05:29 Diperbarui: 2 Maret 2021   05:33 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Individuation.coaching.de

Tema minuman keras (Miras) masuk dalam nominasi tema aktual saat ini. Meskipun demikian, bukan berarti tema itu baru dibicarakan sekarang, karena topik Miras itu topik yang belum selesai (unfertig). Mengapa topik ini belum selesai dibicarakan? Ada 4 alasan krusial yang bisa disoroti pada kesempatan ini:

1. Sumber Ekonomi Masyarakat

Masyarakat NNT misalnya, tidak pernah menyangkal bahwa miras adalah sumber alam yang menopang ekonomi kehidupan masyarakatnya. Saya juga mengakui itu, karena saya tahu dengan baik berapa banyak orangtua di pedalaman Flores yang bergantung pada sumber alam itu untuk menopang rumah tangga, bahkan menopang biaya pendidikan anak-anak mereka. 

Oleh karena kenyataan seperti itu, maka Miras itu berkaitan erat dengan sumber penghasilan atau sumber ekonomi masyarakat. Tentu ini, jawaban jujur masyarakat. Meskipun ini adalah jawaban jujur, sebagian orang masih sulit menerima atau mengakui kenyataan itu, bahkan selalu melihat miras itu sangat negatif.

Pada titik persoalan ini, saya pikir orang perlu jeli membedakan dengan kritis antara substansi miras dalam kadarnya yang berbeda-beda sebagai sumber ekonomi masyarakat dan keputusan bebas pengkonsumsi miras. 

Saya justru melihat persoalannya bukan pada miras itu, tetapi pada konsumen. Mengapa? Manusia memiliki akal budi yang sama, sekurang-kurangnya setiap orang tahu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk hidupnya. Maaf saya tidak bicara dalam kaitan dengan larangan pasal agama lho. 

Di Eropa misalnya, atau Jerman konkretnya, orang bisa menemukan miras hampir di setiap pertokoan, jalan, dijual bebas. Namun, orang tidak selalu membelinya karena dua alasan ini: mahal dan juga tidak baik untuk kesehatan kalau diminum berlebihan. 

Alasan kedua ini sebetulnya berkaitan dengan kebebasan pribadi untuk menentukan pilihan yang berguna untuk hidupnya.

Ada suatu kemungkinan bahwa orang lebih mudah dikendalikan oleh peraturan, ya tentu baik sekali, cuma peraturan-peraturan tidak boleh dilihat sebagai larangan, tetapi instrumen yang menolong orang untuk berpikir bijak sebelum mengambil keputusan sendiri secara bertanggung jawab.

Karena itu, saya pikir melarang penjualan miras itu sama dengan menutupi sumber ekonomi masyarakat. Bagaimana masyarakat bisa hidup, kalau pada daerah-daerah tertentu mereka tidak punya pilihan lain, selain berurusan dengan miras. 

Saya bisa mengambil satu contoh lebih konkret: Semua orang yang punya sim mobil boleh menyetir mobil. Mobil tentu tidak berbahaya bukan. Akan tetapi, jika sopirnya tidak mengendalikan mobilnya atau membiarkan selalu berkecepatan tinggi, maka ulah dari ketidak sadarannya itu bisa berdampak langsung pada sopirnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun