Mohon tunggu...
Innayah Reiza
Innayah Reiza Mohon Tunggu... Mahasiswa - In fact, the heartless unemples can run away while his feelings are not appreciated

Kita akan menjadi seperti apa yang kita yakini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anak Memiliki Bahasa Komunikasi Tersendiri

12 November 2021   08:42 Diperbarui: 12 November 2021   09:56 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, dalam pengertian ini, tercangkup semua cara untuk berkomunikasi dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lusan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka.

Kehidupan pada masa anak yang merupakan suatu priode yang disebut priode kritis atau priode sensitif, dimana kualitas perangsang harus diatur sebaik-baiknya, tentunya memerlukan intervensi baik dari guru maupun orang tua. Berbahasa terhadap anak memerlukan ketepatan dan kesesuaian terhadap perkembangan si anak, karena akan mempengaruhi psikologinya. Tugas seorang pendidik haruslah mengetahui bahasa yang tepat untuk digunakan kepada peserta didiknya.

Anak usia dini merupakan usia yang memiliki rentang waktu sejak lahir anak lahir hingga usia 6 tahun, dimana dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia.( Direktorat PAUD,2005)

Dalam bukunya Samsu Yusuf, Psikologi perkembangan anak dan remaja (2014), ada salah satu ilustrasi yang dapat kita ketahui tentang dunia anak, disekolah maupun di rumah. Untuk mengoptimalkan pemahaman tahab perkembangan dan perubahan anak. Pernah seorang anak yang berada pada tahab fantasi, meminta roti manis yang tidak dimiliki ibunya, Ibu yang satu tidak memahami tahab perkembangan anak dan merespon secara nalar, maka terjadilah dialog sebagai berikut.

Anak : "Saya mau roti manis yang pakai gula!"

Ibu : "Ngga ada Nak."

Anak : (sambil menjerit-jerit)"roti manis, roti manis"

Ibu : (Sambil bertolak pinggang) " sudah dibilang ngga ada, sana makan roti kering saja"

Anak : "Ngga mauu..." lalu berguling di lantai.

Ibu : "Ayo bangun..., kayak bayi aja!".

Lain halnya dengan ibu yang memahami anaknya masih dalam tahap fantasi. Ia akan memberikan respons yang sesuai dengan tahapan perkembangamn anak itu, dan terjadi dialog seperti berikut (bandingkan dengan dialog sebelumnya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun