Mohon tunggu...
innaistantina
innaistantina Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Enjoying blogging, video editing, & taking a quick shot photography

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Reynhard Sinaga, Salah Asuhan atau Salah Pergaulan?

12 Januari 2020   08:57 Diperbarui: 12 Januari 2020   09:00 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

SALAH PERGAULAN?

Lalu, apakah kasus yang melibatkan Reynhard Sinaga ini karena salah pergaulan? Jika iya, saya malah jadi mengingat kembali bagaimana cara orang tua saya dulu, melatih saya bersosialisasi dengan orang lain.

Tanpa kita sadari, pola pergaulan kita ternyata lekat dengan pola asuh yang kita dapatkan di rumah. Jadi dengan begini, apakah langsung bisa katakan bahwa kalau salah asuhan itu pasti nantinya juga salah pergaulannya?

Pertanyaan berikutnya muncul, lantas bagaimana dengan orang-orang yang bertumbuh secara psikologis di keluarga yang tidak harmonis, apakah mereka tidak punya kesempatan untuk berkembang secara hebat nilai moralitasnya?

Lalu bagaimana dengan cerita sebagian orang, yang terkaget-kaget saat mengetahui tingkah polah anaknya di luar rumah, padahal di rumah terlihat santun dan agamis.

Entah itu salah asuhan atau salah pergaulan, atau karena kedua hal tersebut yang mempengaruhi seorang Reynhard Sinaga berlaku sedemikian rupa hingga viral di seluruh dunia, kapasitas saya adalah sebagai pembaca dan pengamat. Saya tidak punya hak untuk menghakimi bagaimana cara didik orangtuanya hingga apa saja keputusan Reynhard Sinaga untuk bergaul dengan siapapun.

Satu-satunya hak yang saya punya dalam menyikapi kasus ini adalah hak untuk mendidik anak-anak dengan pola asuh yang saat ini saya percayai baik, benar dan berada pada jalurnya. 

Ketika ada yang mengkritisi, secara manusiawi saya pun kadang merasa tidak nyaman, tapi biasanya, saya juga akan mengevaluasi, bisa jadi kritikan atau masukan yang ada itu lebih baik. Jika iya, maka saya pun tidak segan menambahkan atau sedikit mengubah pola yang sudah ada, tapi jika tidak sreg, maka saya punya hak untuk tetap melanjutkan pola asuh yang sudah saya terapkan selama ini.

Sejatinya, orangtua kapan pun akan terus belajar, bersamaan dengan tumbuh kembang anak-anaknya. Ketika hak kita adalah memilih pola asuh yang kita yakini benar, maka kewajiban kita sesungguhnya adalah "hanya" memantau dan mendampingi anak-anak sesuai dengan usianya, sementara kewajiban utama dan terbesar kita adalah mengiringi setiap langkah anak-anak kita dengan Doa. 

"Anak adalah kehidupan, mereka sekedar lahir, melaluimu tetapi bukan berasal darimu. Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu, curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan pikiranmu, karena mereka dikaruniai pikirannya sendiri (Kahlil Gibran -- Anakmu Bukan Anakmu)".

~Salam & Semangat Terus Belajar Hai Para Orang Tua~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun