Mohon tunggu...
innaistantina
innaistantina Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Enjoying blogging, video editing, & taking a quick shot photography

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Reynhard Sinaga, Salah Asuhan atau Salah Pergaulan?

12 Januari 2020   08:57 Diperbarui: 12 Januari 2020   09:00 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gatal juga rasanya ingin ikut menulis tentang kasus yang melibatkan Reynhard Sinaga. Saya tidak perlu jelaskan ia siapa, apa kasusnya, bagaimana kronologinya. Dengan mudah, ketika kita googling dengan nama tersebut, ratusan ribu bahkan jutaan informasi sudah tersedia.

Sebagai seorang Ibu dari 2 anak, laki-laki 13 tahun dan perempuan 8 tahun, mendengar berita-berita seperti kasus Reynhard Sinaga ini tentu saja ketar-ketir. Orang tua jaman sekarang punya lebih banyak tantangan dalam mendidik dan mendampingi perkembangan anak.

Jika dulu, fokus utama perlindungan hanya untuk anak perempuan, nyatanya di masa yang makin modern dan global ini, anak lelaki pun tetap butuh proteksi khusus. Saya yang jaman SD sampai dengan SMP berangkat sekolah jalan kaki sekian kilometer, melewati pasar, jalan yang kadang sepi kadang ramai, terbukti Bapak Ibu saya tampak tenang, dan Alhamdulillah memang berjalan lancar dan aman.

Lah sekarang, anak saya paling besar SMP,  melepasnya naik ojol itu saja, dengan kontrol melalui telpon setelah ia sampai tujuan untuk ngecek sudah sampai ataukah belum. Bahkan berpesan kalau waktunya pulang jangan lupa memberi kabar terlebih dulu, supaya saya bisa menghitung waktu perjalanannya sampai ke rumah.

Apakah saya terlalu lebay? Khawatir? Bisa jadi karena konsumsi berita yang bertebaran saat ini, tidak jauh dari yang namanya kasus serupa seperti Reynhard Sinaga, maka saya dan beberapa orang tua pun punya kewaspadaan yang sama, punya naluri sama, ingin melindungi anak-anaknya.

Perlindungan seperti apa yang perlu kita lakukan? Apakah dengan mencegah anak-anak beraktivitas keluar rumah, melarangnya bergaul? Tentu tidak mungkin, kan? Gimana pun manusia terlahir sebagai mahluk sosial, interaksi adalah salah satu caranya untuk survive.

SALAH ASUHAN?

Bergaul dan bertahan hidup, adalah hal-hal yang kita pelajari secara otodidak. Belajar dari orang tua kita, belajar dari lingkungan sekitar kita. Yang saya percayai, peran orangtua begitu besarnya dalam hal ini. Anak menjadi easygoing atau kaku ketika berinteraksi dengan orang lain, salah satunya terpengaruh dari cara interaksi orang tuanya.

Orang tuanya? Apakah dengan ini menegaskan bahwa apa yang terjadi pada Reynhard Sinaga ini karena salah pola asuh dari orang tuanya?

Eits, tunggu dulu. Memangnya kita mau dijugde orang lain, bahwa kita salah dalam mengasuh anak kita? Orangtua manapun, termasuk saya, bisa jadi bakal marah kalau dibilang salah mengasuh anak-anaknya. Semacam ada perasaan tidak terima, apa yang sudah kita lakukan dengan sungguh-sungguh untuk membesarkan anak, kok dibilang salah sama orang lain.

Ya, boleh saja kita sangat kesal, apalagi dengan hadirnya beragam opini tentang cara parenting jaman sekarang. Beberapa orang mengklaim cara mendidik anak-anaknya adalah yang terbaik.

SALAH PERGAULAN?

Lalu, apakah kasus yang melibatkan Reynhard Sinaga ini karena salah pergaulan? Jika iya, saya malah jadi mengingat kembali bagaimana cara orang tua saya dulu, melatih saya bersosialisasi dengan orang lain.

Tanpa kita sadari, pola pergaulan kita ternyata lekat dengan pola asuh yang kita dapatkan di rumah. Jadi dengan begini, apakah langsung bisa katakan bahwa kalau salah asuhan itu pasti nantinya juga salah pergaulannya?

Pertanyaan berikutnya muncul, lantas bagaimana dengan orang-orang yang bertumbuh secara psikologis di keluarga yang tidak harmonis, apakah mereka tidak punya kesempatan untuk berkembang secara hebat nilai moralitasnya?

Lalu bagaimana dengan cerita sebagian orang, yang terkaget-kaget saat mengetahui tingkah polah anaknya di luar rumah, padahal di rumah terlihat santun dan agamis.

Entah itu salah asuhan atau salah pergaulan, atau karena kedua hal tersebut yang mempengaruhi seorang Reynhard Sinaga berlaku sedemikian rupa hingga viral di seluruh dunia, kapasitas saya adalah sebagai pembaca dan pengamat. Saya tidak punya hak untuk menghakimi bagaimana cara didik orangtuanya hingga apa saja keputusan Reynhard Sinaga untuk bergaul dengan siapapun.

Satu-satunya hak yang saya punya dalam menyikapi kasus ini adalah hak untuk mendidik anak-anak dengan pola asuh yang saat ini saya percayai baik, benar dan berada pada jalurnya. 

Ketika ada yang mengkritisi, secara manusiawi saya pun kadang merasa tidak nyaman, tapi biasanya, saya juga akan mengevaluasi, bisa jadi kritikan atau masukan yang ada itu lebih baik. Jika iya, maka saya pun tidak segan menambahkan atau sedikit mengubah pola yang sudah ada, tapi jika tidak sreg, maka saya punya hak untuk tetap melanjutkan pola asuh yang sudah saya terapkan selama ini.

Sejatinya, orangtua kapan pun akan terus belajar, bersamaan dengan tumbuh kembang anak-anaknya. Ketika hak kita adalah memilih pola asuh yang kita yakini benar, maka kewajiban kita sesungguhnya adalah "hanya" memantau dan mendampingi anak-anak sesuai dengan usianya, sementara kewajiban utama dan terbesar kita adalah mengiringi setiap langkah anak-anak kita dengan Doa. 

"Anak adalah kehidupan, mereka sekedar lahir, melaluimu tetapi bukan berasal darimu. Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu, curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan pikiranmu, karena mereka dikaruniai pikirannya sendiri (Kahlil Gibran -- Anakmu Bukan Anakmu)".

~Salam & Semangat Terus Belajar Hai Para Orang Tua~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun