Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pesan untuk Relawan yang Masih Berjuang!

4 Desember 2019   23:25 Diperbarui: 5 Desember 2019   05:32 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
taman baca masyarakat Pena dan Buku Balikpapan

relawan pendongeng dari dongeng keliling sedang mendongeng di TBM pena dan buku
relawan pendongeng dari dongeng keliling sedang mendongeng di TBM pena dan buku
Mereka yang berkecimpung di dunia relawan adalah mereka yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Di era informasi yang semakin cepat, kita dihujani banyak permasalahan sosial. 

Mereka yang peka akan hal itu, segara berhimpun untuk menjadi bagian dari solusi.  Entah itu menjadi relawan pengajar, atau relawan penyelamat hewan terlantar, atau relawan yang membersihkan sampah di lingkungan masing masing.  

Di Pasar Butun Balikpapan, seorang pemuda sederhana rutin meluangkan waktunya 3 kali dalam seminggu mengadakan bimbingan belajar gratis untuk anak anak disana. Tanpa suruhan siapapun dan tanpa imbalan sedikitpun.

Hasil penelitian Marsh, seorang psikolog yang melakukan pencitraan otak manusia menyatakan bahwa para sukarelawan memiliki amigdala yang lebih besar dan lebih reaktif daripada orang psikopat. 

Amigdala merupakan bagian di otak yang secara cepat menterjemahkan isyarat non verbal, merespon emosi dan melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi. Hasil kerja amygdala terwujud dalam sikap dan perilaku peduli terhadap sesama. 

Dari penelitian ini kita bisa mengetahui bahwa mereka yang melakukan tindakan altruistik (menolong orang lain) bukan manusia sembarangan, mereka memang terpilih untuk mendapatkan "karunia"nya.

Menjadi relawan tidak ada kaitannya dengan status sosio ekonomi seseorang. Hasil sebuah penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa orang dengan status ekonomi rendah lebih rendah hati daripada mereka yang memiliki status ekonomi tinggi.  

Mereka rela mendonasikan donasi lebih besar daripada orang kaya. Mereka yang status ekonomi rendah memiliki nilai nilai egaliter, mereka lebih peduli terhadap orang lain, dan mereka lebih memiliki sifat welas asih.  

Karena mereka pernah merasakan bagaimana rasanya tergantung dengan orang lain. Pengalaman ini melatih sifat empati dan terbiasa dengan bahasa tubuh orang. Tentu hal ini tidak dialami oleh orang dengan status ekonomi tinggi. 

Mereka cenderung mempertahankan kekayaan mereka. Meskipun banyak juga orang dengan status ekonomi tinggi menjadi filantropi kelas dunia.

Relawan Kelas Kecil sedang membacakan cerita
Relawan Kelas Kecil sedang membacakan cerita
Hal di atas dapat dijelaskan bahwa sifat altruistic (menolong orang lain) adalah sebuah nilai yang diyakini oleh masing masing individu. Nilai ini ditanamkan pertama kali dalam lingkungan keluarga, lalu berkembang seiring lingkup pergaulan manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun