Mohon tunggu...
Muhammad Farid Tafyulloh A
Muhammad Farid Tafyulloh A Mohon Tunggu... Mahasiswa

Playing game

Selanjutnya

Tutup

Games

Profil Gaming Gen Z Dinilai Tak Sesuai Kapasitas Mental Asli

6 Oktober 2025   22:42 Diperbarui: 6 Oktober 2025   22:43 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Games. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keresahan mengenai ketimpangan antara aktivitas bermain game Gen Z dan kondisi kejiwaan mereka semakin meningkat. Beberapa ahli psikologi dan pengamat perilaku digital berpendapat bahwa kebiasaan bermain game online generasi ini bertolak belakang dengan kemampuan mental dan emosional yang sesungguhnya mereka punya.

Kepala Asosiasi Psikologi Digital Indonesia, Dr. Rahma Wijayanti, M.Psi, mengatakan bahwa tingkat intensitas bermain game yang diperlihatkan Gen Z sudah melebihi ambang batas yang dianjurkan untuk kesehatan jiwa.

Gen Z sanggup menghabiskan waktu 8 hingga 12 jam sehari di depan layar, ikut serta dalam turnamen esports yang sangat kompetitif, dan mengoperasikan beberapa akun game di berbagai platform secara bersamaan. Kegiatan semacam ini, menurutnya, seharusnya menuntut kestabilan jiwa dan daya tahan psikis yang sangat tangguh.

"Karakteristik gaming Gen Z memperlihatkan komitmen luar biasa, kemampuan menjalankan banyak tugas sekaligus, serta penguasaan strategi yang rumit. Namun yang mengejutkan, riset kami mengungkap bahwa 67% dari mereka memiliki gejala gangguan kecemasan dan 54% memperlihatkan indikasi depresi dari tingkat ringan sampai menengah," tutur Rahma saat diwawancarai media.

Ketidaklarasan Pencapaian Digital Dengan kondisi Kejiwaan Nyata

Data empiris juga memperlihatkan kontras yang tajam. Generasi yang tampak lihai dalam taktik permainan ternyata tidak mampu mengendalikan perasaan ketika mengalami kekalahan, gampang tersulut perilaku negatif, serta memperlihatkan kemunduran prestasi akademis yang cukup berarti.

Riset dari Universitas Indonesia tahun 2024 mengikutsertakan 1.200 partisipan Gen Z yang aktif bermain game di kawasan Jabodetabek. Temuan yang diperoleh cukup mengkhawatirkan: 73% partisipan mengakui kerap mengalami ledakan emosi dan berhenti main secara mendadak, 68% pernah merusak peralatan gaming karena kesal, dan 81% melaporkan jadwal tidur yang terganggu akibat bermain game berlebihan.

Kondisi ini memicu pertanyaan dari kalangan profesional kesehatan mental apakah Gen Z sesungguhnya memiliki kekuatan psikis untuk mendukung rutinitas gaming mereka yang sangat padat. Dr. Arief Budiman, ahli psikologi klinis dari Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, menjelaskan bahwa gejala ini menggambarkan belum matangnya kemampuan mengatur emosi yang umum terjadi pada tahap pertumbuhan remaja.

"Gen Z berkembang sebagai generasi yang lahir di zaman digital, mereka sangat cakap beradaptasi dengan teknologi. Akan tetapi kepandaian dalam dunia digital tidak secara langsung sejalan dengan kedewasaan emosi. Bagian otak prefrontal cortex yang bertanggung jawab mengatur pengendalian dorongan dan kemampuan memutuskan baru mencapai kematangan penuh saat seseorang berusia 25 tahun," papar Arief.

Keprihatinan makin bertambah ketika informasi memperlihatkan kenaikan jumlah kasus kelelahan mental akibat gaming pada kelompok remaja dan pemuda. Bahkan, cukup banyak gamer Gen Z yang mengalami tekanan psikologis namun tetap memaksa diri terus bermain supaya bisa mempertahankan peringkat atau nama baik mereka di dunia maya.

Situasi ini menunjukkan bahwa prestasi gaming yang tinggi tidak selalu beriringan dengan kondisi mental yang sehat, bahkan sebaliknya bisa menjadi cara untuk lari dari persoalan psikologis yang lebih serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun