Suasana Sidang Umum PBB ke-80 di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, berubah hening ketika Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, naik ke podium.
Setelah Presiden Brasil, Lula da Silva, dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kini giliran Indonesia yang diberi kehormatan untuk berbicara di hadapan para pemimpin dunia.
Pidato tersebut bukan sekadar seremonial, melainkan penegasan kembali posisi Indonesia di panggung internasional.
"Hari ini sejarah kembali ditulis. Setelah lebih dari satu dekade absen, suara Indonesia kembali lantang di forum global tertinggi," ungkap Ketua Fraksi Partai Gerindra sekaligus Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Budisatrio Djiwandono.
Menurutnya, kesempatan itu mencerminkan meningkatnya kepercayaan dunia terhadap Indonesia.
Lebih dari sekadar berbicara, Presiden Prabowo menyampaikan komitmen nyata: kesediaan mengirim lebih dari 20.000 pasukan perdamaian jika diminta PBB, serta dukungan finansial untuk menjaga misi perdamaian internasional.
"Pidato itu adalah bukti kepemimpinan Indonesia. Bukan hanya hadir, tapi menawarkan solusi. Indonesia berdiri di garda terdepan untuk melindungi stabilitas global," tegas Budisatrio.
Isu Palestina menjadi salah satu sorotan dalam pidato Presiden. Seruan untuk segera mengakhiri penderitaan rakyat Palestina ditegaskan sebagai amanat kemanusiaan.
Indonesia, kata Budisatrio, tidak bergeser sedikit pun dari dukungannya terhadap solusi dua negara sebagai jalan paling realistis menuju perdamaian abadi.
Bagi Fraksi Gerindra, apa yang disampaikan di PBB harus dikawal hingga ke kebijakan nasional.
