Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Penanggulangan Banjir di Jakarta Tak Akan Pernah Tuntas

16 September 2023   09:44 Diperbarui: 16 September 2023   10:00 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir di Kampung Melayu, Jakarta Timur, 4 Februari 2007. (Sumber: KOMPAS/LASTI KURNIA)

Air Hujan Jadi Run Off

Sungai Ciliwung mengalir dari Mandalawangi ke Jakarta melewati kaki Gunung Salak, Gunung Kendeng, dan Gunung Halimun serta membelah Kota Bogor dan Kota Depok. Sungai Ciliwung jadi 'muara' beberapa sungai sebelum bermuara ke Laut Jawa di Teluk Jakarta.

Daerah di sepanjang aliran Ciliwung, terutama di bantaran (daerah rendah di kiri kanan aliran sungai) sudah 'gundul' karena hanya ditanam denga palawija dan 'banguan' (rumah, fasilitas umum, villa dan lain-lain).

Air hujan pun tidak meresap lagi dalam tanah, tapi jadi air permukaan yang terus mengalir ke daerah yang lebih rendah. Di daerah rendah di pantai akan tergenang karena ada air pasang dan rob.

Selain karena perbedaan letak geografis berdasarkan tinggi daerah dari permukaan laut di sepanjang DAS, menyebabkan air hujan mulai dari hulu sampai hilir jadi run off (aliran air di permukaan tanah) karena kondisi daerah tangkapan hujan (catchment area) di hulu dan di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) tidak bisa lagi menahan air hujan karena tidak ada hutan atau pepohonan besar.

Permukiman di pinggir Sungai Ciliwung, Kp Melayu, Jakarta Timur, setelah bantaran kali diperbaiki di era Gubernur Ahok (Foto: en.wikipedia.org)
Permukiman di pinggir Sungai Ciliwung, Kp Melayu, Jakarta Timur, setelah bantaran kali diperbaiki di era Gubernur Ahok (Foto: en.wikipedia.org)

Program yang Tidak Realistis

Di kawasan Puncak lereng dengan kemiringan lereng di atas 40% pun sudah dijadikan lahan palawija dan permukiman, sarana pariwisata dan villa-villa pribadi.

Tanaman palawija dan permukiman serta bangunan pariwisata jelas tidak bisa menyerap air hujan sehingga jadi run off yang pada gilirannya akan menimbulan banjir bandang dan longsor. Jika di hulu dan DAS ada hutan dengan tanaman keras dan rumpun bambu, maka air hujan akan ditahan dan dilarikan ke bahwa permukaan tanah melalui akar-akar pohon.

Air hujan yang jadi run off kian deras karena di sepanjang aliran sungai Ciliwung beberapa situ sudah beralih fungsi jadi permukiman sehingga tidak bisa lagi menampung air sebagai penahan arus air permukaan.

Ada Bendungan Ciawi dan Sukamahi untuk menahan laju air Sungai Ciliwung sebelum sampai ke Jakarta. Tapi, di hilir bendungan itu air hujan jadi air permukaan yang mengalir ke Ciliwung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun