Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menyingkap Penyebab Kenaikan Kasus HIV/AIDS di Garut

3 Juli 2023   07:13 Diperbarui: 3 Juli 2023   07:16 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: healthline.com)

"Seks Bebas Picu Kenaikan Pengidap HIV AIDS di Garut" Ini judul berita di kabarpriangan.pikiran-rakyat.com (2/7-2023).

Dilaporkan data terakhir April 2023 tercatat 1.056 kasus HIV/AIDS di Garut, Jawa Barat (Jabar), yang terdiri atas HIV 489 dan AIDS 567.

Pemakain terminologi 'seks bebas' terkait dengan HIV/AIDS menyesatkan karena penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (seks bebas, zina, seks pranikah, selingkuh dan melacur), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual (salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom). Ini fakta medis!

Maka, judul berita ini masuk kategori misleading (menyesatkan) dalam konteks jurnalistik.

Dalam berita Program Manager Respond, Direktur Eksekutif PKBI Cabang Garut, Ir Denden Supresiana, mengatakan: Adapun penyebab kasus HIV-AIDS ini disebabkan oleh perilaku seks bebas ....


Celakanya, dalam berita tidak ada penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan 'seks bebas'. Selain itu rincian kasus HIV/AIDS di Garut juga tidak ada penjelasan tentang faktor risiko terkait penularan HIV/AIDS.

Lagi pula 'seks bebas' adalah jargon moral yang tidak mempunyai makna karena tidak jelas apa yang dimaksud dengan 'seks bebas' itu sendiri. Tapi, gambaran umum 'seks bebas' diartikan sebagai hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK).

Padahal, penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah antara siapa saja jika salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom.

Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

Kalau disebut penyebab kasus HIV/AIDS di Garut karena 'seks bebas' tentu menimbulkan pertanyaan besar: Mengapa ada praktek 'seks bebas' di Garut?

Soalnya, sejak reformasi semua tempat pelacuran di Indonesia ditutup. Lalu, bagaimana bisa terjadi praktek 'seks bebas' di Garut?

Maka, persoalan HIV/AIDS di Garut bukan soal 'seks bebas' tapi perilaku sebagian warga Garut, terutama laki-laki dewasa, yang pernah atau sering melakukan perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, yaitu:

(1) Laki-laki dan perempuan dewasa yang melakukan hubungan seksual di dalam nikah dengan pasangan yang berganti-ganti dengan kondisi suami tidak pakai kondom, karena bisa saja salah satu dari pasangan tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS;

(2) Laki-laki dan perempuan dewasa yang melakukan hubungan seksual di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom, karena bisa saja salah satu dari pasangan tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS;

(3) Laki-laki dewasa melakukan hubungan seksual, di dalam atau di luar nikah, dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, dalam hal ini pekerja seks komersial (PSK) langsug atau PSK tidak langsung;

PSK sendiri dikenal ada dua tipe, yaitu:

(a). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.

(b). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, PSK online, dll.

(4) Laki-laki dewasa yang melakukan hubungan seksual, seks anal dan seks oral, dengan Waria dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom, karena bisa saja waria tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS;

(5) Perempuan dewasa yang melakukan hubungan seksual (seks vaginal, seks anal atau seks oral) dengan gigolo dengan kondisi gigolo tidak pakai kondom, karena bisa saja gigolo tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS;

(6) Laki-laki dewasa yang sering mengisap puting susu perempuan, terutama PSK, karena HIV ada dalam jumlah yang bisa ditularkan di ASI (air susu ibu).

Inilah persoalan besar yang dihadapi Garut. Apakah Pemkab Garut bisa menjangkau perilaku-perilaku berisiko di atas?

Tentu saja tidak bisa karena semua terjadi di ranah privat. Yang bisa terjangkau hanya PSK langsung dengan syarat prakteknya dilokalisir. Tapi, sekarang tidak ada lagi lokalisasi atau lokres pelacuran sehingga praktek PSK terjadi melalui dunia maya dengan memakai media sosial.

Itu artinya kasus infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa, akan terus terjadi di Garut. Laki-laki yang tertular HIV/AIDS akan jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam atau di luar nikah.

Penyebaran HIV/AIDS terjadi tanpa disadari karena tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan warga yang tertular HIV/AIDS sebelum masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun jika tidak menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral/ART).

Penyebaran HIV/AIDS ibarat 'bom waktu' di masyarakat Garut yang  kelak akan jadi 'ledakan AIDS' yang bikin masalah besar terhadap aspek kesehatan masyarakat di Garut. Selanjutnya jadi beban pemerintah kabupaten yang jika tidak diatasi akan menghancurkan generasi yang akan datang. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun