Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Berita AIDS yang Menyesatkan dari Dinkes Kabupaten Bekasi

14 Desember 2019   07:04 Diperbarui: 14 Desember 2019   07:11 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: sciencefocus.com)

Kalau saja Pak Kabid memakai perspektif gender, tentulah yang diingatkan bukan istri tapi suami-suami agar tidak melakukan perilaku yang berisiko tertular HIV/AIDS. Tapi, karena Pak Kabid memakai pola patriarkat, maka yang dihujat dan disalahkan adalah perempuan (baca: istri).

Di bagian lain Pak Kabid mengatakan: "Mereka ini biasanya lelaki normal, bisa karena istrinya di kampung atau karena ingin cari sensasi baru." Nah, ini 'kan jadi jelas bahwa mereka bukan homoseksual, tapi hanya cari sensasi. Ini saja saja dengan pasangan suami-istri yang memakai berbagai gaya, termasuk gaya homoseksual, dalam melakukan hubungan seksual.

Ini di haibunda.com: Lebih lanjut, Irfan menyebut beberapa penyebab laki-laki memilih untuk menjadi homoseksual. Meskipun dalam kesehariannya berperilaku layaknya laki-laki normal. Salah satu di antaranya karena jauh dari istri. Bisa menimpa orang-orang yang bekerja di kota besar, dan istrinya berada di kampung halamannya.

Seorang suami (heteroseksual) melakukan seks oral atau seks anal tidak otomatis dia sebagai homoseksual. Seperti yang terjadi pada pasangan suami-istri yang melakukan seks oral dan seks anal atau posisi "69" tidak otomatis membuat suami jadi gay atau istri jadi lesbian.

Kesimpulan yang diberitakan skalanews.com dan haibunda.com berdasarkan keterangan Irfan menyesatkan.

Disebutkan pula di skalanews.com: .... dimana perilaku hubungan pria sesama jenis menjadi penyebab tertingginya (kasus HIV/AIDS, pen.).  Ini juga tidak akurat karena penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (zina, di luar nikah, melacur, seks anal, dll.) atau orientasi seksual (homoseksual), tapi karena kondisi pada saat terjadi hubungan seksual (salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki atau salah satu pasangan tidak memakai kondom). Ini fakta (medis)!

Lalu apa upaya Pemkab Bekasi menanggulangi HIV/AIDS? Ini dia: .... pengembangan layanan 'Voluntary Counseling and Testing' (VCT) atau konseling dan tes HIV sukarela, sosialisasi pada populasi Risti, dan pengembangan layanan Perawatan Dukungan Pengobatan (PDP).

Nah, tes HIV adalah penanggulangan di hilir. Warga dibiarkan tertualar HIV baru dianjuran tes HIV. Yang diperlukan adalah langkah konkret di hulu yaitu menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa, melalui hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK).

PSK sendiri dikenal ada dua tipe, yaitu:

(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.

(2), PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, PSK online, dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun