Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Papua, Yang Turun Temuan Kasus HIV Baru Bukan Infeksi HIV Baru

19 Desember 2018   17:22 Diperbarui: 19 Desember 2018   17:28 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: abs-cbn.com)

Dinkes: Kasus HIV/AIDS di Papua Menurun Setiap Tahun. Membaca judul berita di galamedianews.com (1/12-2018) ini kening jadi berkerut karena adalah hal yang mustahil bisa mengetahui kapan dan di mana terjadi insiden infeksi HIV baru, terutama melalui hubungan seksual.

Informasi di lead berita kian kacau lagi: PEJABAT Balai Pencegahan dan Penanggulangan AIDS, TBC dan Malaria Provinsi Papua mengklaim kasus HIV/AIDS mengalami penurunan setiap tahun. Bagaimana pejabat ini bisa mengetahui jumlah warga yang tertular HIV, khususnya melalui hubungan seksual, turun setiap tahun?

Tapi, informasi di bagian lain berita baru jelas duduk soalnya: Kepala Balai Penanggulangan dan Pengendalian AIDS, TBC dan Malaria Provinsi Papua, dr Beeri Wopari, mengatakan yang turun adalah penemuan kasus baru. Itu artinya bukan infeksi baru!

Informasi di judul dan lead berita benar-benar menyesatkan (dalam jurnalistik disebut misleading) yang bisa membuat warga Papua dalam kondisi aman semu sehingga tidak lagi mengkhawatirkan penyebaran HIV/AIDS.

Biar pun penemuan kasus baru turun, tapi secara nasional jumlah kasus AIDS di Papua dari tahun 1987 sd. 30 Juni 2018 sebanyak 22.376 menempati peringkat pertama (laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal 1 Oktober 2018). Yang bisa dijadikan patokan adalah kasus AIDS karena sudah terbukti mengidap HIV/AIDS, sedangkan kasus HIV bisa saja dari hasil tes survailans HIV dan hasil skirining darah donor di PMI yang belum dikonfirmasi.

Yang jadi pertanyaan adalah: Mengapa terjadi penurunan penemuan kasus HIV baru?

Sayang, dalam berita tidak ada penjelasan tentang hal ini. Soalnya, sejak Indonesia dilarang menerima hibah (grant), karena Presiden SBY memasukkan Indonesia ke dalam grup negara G-20, kegiatan penjangkauan dan pelatihan terkait HIV/AIDS hampir tidak ada lagi di banyak daerah yang selama ini dapat dana donor.

Penurunan temuan kasus baru tidak ada kaitannya secara langsung dengan insiden infeksi HIV baru karena umumnya penemuan kasus pasif yaitu warga yang sakit datang berobat ke Puskesmas atau rumah sakit. Dokter dianjurkan menerapkan pola Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) jika melihat ada gejala terkait dengan HIV/AIDS. Melalui cara inilah salah satu pintu utama untuk menemukan kasus HIV/AIDS, tapi kemungkinan besar kasus yang ditemukan sudah ada di masa AIDS dengan penyakit infeksi oportunistik.

Penemuan kasus baru ada di hilir yaitu pada warga yang sudah tertular HIV, sedangkan di hulu tidak sedikit laki-laki dewasa yang berisiko tertular HIV karena melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK.

Maka, biar pun penemuan kasus baru disebut turun itu tidak menggambarkan perilaku seksual riil sebagai orang karena biar pun tidak ada (lagi) lokalisasi pelacuran, tapi tetap saja terjadi transaksi seks dalam berbagai bentuk dengan berbagai modus.

Ketika praktek PSK tidak dilokalisir, maka upaya sosialisasi terhadap laki-laki 'hidung belang' agar memakai kondom setiap kali seks dengan PSK pun terputus. Itu artinya jumlah insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa malalui seks dengan PSK tidak berkurang tapi akan terus bertambah.

Penyebaran HIV di masyarakat bagaikan 'bom waktu' yang kelak memicu 'ledakan AIDS'. *

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun