Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serial Santet #30 | "Terapi Lintah" Mengatasi Kaki Bengkak karena Racun Santet

5 Juni 2018   04:21 Diperbarui: 12 Juli 2018   14:21 2749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benda-benda yang ditarik dari betis (Dok Pribadi)

Alhamdulillah. Betis saya mulai mengecil ke ukuran normal. Dua hari kemudian saya ke 'tukang lintah' lagi dan menyewa 6 lintah di berbaga titik di betis dan punggung yaitu tempat-tempat masuk benda-benda kiriman. Sepekan berikutnya saya sewa 10 lintah.

Beberapa hari kemudian kaki kiri dan kanan pun pulih dengan ukuran normal. Ketika bengkak saya ke dokter menunjukkan kaki bengkak dan menceritakan sepintas tentang benda-benda yang ditarik. "Sudah tes asam urat, Pak," tanya Bu Dokter. Saya katakan dua bulan sebelumnya baru operasi katarak yang sebelumnya sudah jalani tes darah tentu asam urat normal.

Syukurlah Bu Dokter di poliklinik itu memberikan obat antiinfeksi dan antiradang. Sebelum ke dokter setelah benda ditaraik saya membeli obat antibiotik karena hari libur. Saya khawatir terjadi infeksi karena yang ditarik adalah paku karatan dari betis dan bawah mata kaki kanan.

Bulan berikutnya daya ke dokter untuk keperluan lain. Saya ceritakn 'terapi lintah' yang saya jalani. "Bisa kempes, Pak," tanya Bu Dokter. Mendengar jawaban saya bahwa kaki kempes Bu Dokter pun tersenyum.

Memang, santet sering dijadikan alat untuk menyakiti agar korban tidak berdaya yang selanjutnya dibantu oleh yang membayar dukun. Mereka itu adalah orang-orang yang mencari kekayaan dengan pesugihan. Ada yang memelihara tuyul, babi ngepet, nyumpang dan yang kelas berat memelihara buto ijo.

Tumbal atau wadal yang harus disedikan yang memelihara pesugihan tidak bisa asal comot karena harus 'diasuh' dulu dengan memberikan semua keperluan kehidupan calon tumbal. Ini bisa mereka lakukan kalau calon tumbal invalid atau tidak berdaya.


Yang menjadikan saya dan anak-anak saya tumbal adalah yang memelihara buto ijo yang membutuhkan 17 tumbal berupa nyawa manusia.

Berkat bantuan beberapa 'orang pintar', ada di Tasikmalaya dan Kota Banjar (keduanya di Jabar), serta di Pandeglang dan Cilegon (keduanya di Banten), saya dan anak-anak lolos. Sebaliknya yang memelihara buto ijo dan saudaranya 'jadi tumbal'.

Nah, rupanya ada keluarga mereka yang balas dendam karena membuka aib keluarga sehingga saya terus-menerus jadi sasaran santet. Hanya doa dan bantuan 'orang-orang pintar' itulah yang bisa saya andalkan agar lolos dari jerat santet. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun