Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Mikropartikel Plastik pada Air Kemasan di Indonesia Memang Hanya Terdapat di Dua Merek Saja?

19 Maret 2018   09:19 Diperbarui: 15 April 2023   15:33 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: myadvo.in)

*Judul yang arif dan bijaksana adalah: Aqua dan Nestle Dua dari 11 Merek Air Kemasan yang Mengandung ‘Partikel Plastik’

Judul berita "Air di dalam botol Aqua dan Nestle mengandung 'partikel plastik'" yang dilansir "BBC Indonesia" (15/3-2018) tidak menggambarkan isi berita secara keseluruhan karena dalam berita itu ada pernyataan: "Kedua merk itu hanyalah sebagian dari 11 merk minuman kemasan taraf dunia dan lokal yang diuji. Bahkan, merk Evian dan San Pellegrino tak luput dari temuan partikel plastik tersebut."

Judul tsb. bisa menyesatkan karena orang kemudian hanya menghindari dua merek air kemasan itu karena air kemasan merek lain tidak diuji sehingga tidak ada penjelasan apakah juga terkontaminasi dengan partikel plastik atau tidak. Kalau saja judulnya menggambarkan beirta tentulah lebih arif. Misalnya:  Aqua dan Nestle Dua dari 11 Merek Air Kemasan yang Mengandung 'Partikel Plastik'.

Produk air kemasan di Indonesia dipasarkan setelah lolos uji keamanan, mutu, dan gizi dengan indikator SNI (Standar Nasional Indonesia). "BPOM RI terus melakukan pengawasan pre-market dan post-market terhadap keamanan, mutu, dan gizi produk pangan sesuai dengan standar yang berlaku." (health.detik.com, 17/3-2018).

Penjelasan tim peneliti ini juga memicu sederetan pertanyaan: Untuk menguji partikel plastik, ilmuwan dari State University of New York mendatangkan 250 air kemasan dari 11 merek di sembilan negara yang dipilih atas dasar besarnya populasi atau konsumsi air kemasan yang relatif tinggi.

Pertanyaan yang sangat mendasar adalah: Mengapa hanya satu merek saja yang diuji dari tiap negara yang masuk daftar?

Dengan hanya menguji "Aqua" tentulah tidak ada pembanding air kemasan merek lain. Ini mendorong opini publik yang sampai pada kesimpulan hanya "Aqua" yang mengandung partikel plastik. Jika kelak ternyata air kemasan merek lain justru kadar partikel plastiknya jauh lebih tinggi daripada "Aqua" itu artinya publikasi hasil penelitian itu akan merugikan masyarakat.

Walaupun dalam tubuh berita ada penjelasan tentang merek-merek air kemasan yang mengadung partikel plastik, tapi dengan judul itu banyak orang yang sudah memutuskan bahwa hanya dua merek air mineral itulah yang tercemar.

Memang, ada semboyoan klise di dunia jurnalistik yang menyebutkan "bad news" is "good news". Berita buruknya adalah menyasar dua merek air kemasan itu, sedangkan berita bagusnya ada kabar yang bisa jadi 'headline'. Judul jadi masalah di Indonesia karena menyangkut nama yang sangat populer dan terkait pula dengan unsur SARA. Soalnya, sebelumnya ada juga publikasi yang mengai-ngaitkan dua mereka air kemasan tsb dengan agama.

Di bagian lain berita itu ada juga kutipan: "Kami menemukan (plastik) di dalam botol demi botol dan merk demi merk," kata Sherri Mason, profesor kimia dari State University of New York yang dilibatkan dalam investigasi, kepada BBC. "BBC Indonesia" memilih judul yang hanya menyebut dua merek air kemasan yang diproduksi di Indonesia karena sampel yang dipilih dari Indonesia hanya satu merek yaitu "Aqua".

Temuan partikel plastik dalam air kemasan dikabarkan jadi sorotan Badan Kesehatan Duna (WHO), terutama terkait dengan toksiologi mikropalstik terhadap kesehatan.  Disebutkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM): The Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) hingga saat ini belum mengevaluasi toksisitas plastik dan komponennya. Karenanya, belum ditetapkan batas aman untuk mikroplastik. "Codex, sebagai badan standar pangan dunia di bawah FAO-WHO belum mengatur ketentuan tentang mikroplastik pada pangan."  (health.detik.com, 17/3-2018).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun