Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

HIV dan AIDS Bukan Penyebab Kematian pada Pengidap HIV/AIDS

4 September 2017   06:03 Diperbarui: 7 September 2017   14:53 12025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disebutkan pula "Dokter mengeluarkan keterangan bahwa dia dan buah hatinya menuruni penyakit yang dibawa sang suami." Maksudnya ibu Melati dan Melati terdeteksi mengidap HIV/AIDS, tapi bukan penyakit bawaan suami dan tidak pula penyakit keturunan.

Insiden Infeksi HIV Baru

Dalam jumlah yang bisa ditularkan HIV terdapat dalam darah, air mani, cairan vagina dan air susu ibu (ASI). Penularan HIV ke ibu Melati terjadi melalui hubungan seksual dengan suaminya karena suami tidak menyadari dirinya mengidap HIV/AIDS. Sedangkan penularan HIV ke Malati dari ibunya bisa terjadi dalam kandungan atau ketika persalinan, bisa juga ketika menyusui.

Itulah sebabnya pemerintah menganjurkan agar perempuan hamil menjalani tes HIV agar bisa diketahui status HIV. Jika tes HIV pada awal kehamilan dokter akan menangani agar risiko penularan HIV dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya bisa ditekan sampai nol persen. Celakanya, banyak ibu hamil enggan menjalani tes HIV karena merasa tidak berisiko karena tidak berganti-ganti pasangan.

Tapi, bisa saja terjadi ada suami yang melakukan perilaku berisiko tinggi tertular HIV, al. melakukan hubungan seksual di dalam dan di luar nikah tanpa kondom dengan perempuan yang berganti-ganti atau dengan perempuan yang sering berganti pasangan seperti pekerja seks komersial (PSK). Terkait dengan PSK pun banyak pula laki-laki yang merasa tidak berisiko karena mereka tidak melakukan hubungan seksual dengan PSK di lokalisasi pelacuran. Padahal, ada dua jenis PSK yang perilakunya berisiko tertular HIV, yaitu:

(1) PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.


(2) PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), dll.

Dengan kasus kumulatif HIV/AIDS secara nasional sebanyak 330.152 per Maret 2017 merupakan lampu merah bagi Indonesia. Yang perlu diingat adalah angka ini hanyalah kasus yang terdeteksi. Estimasi menyebutkan kasus HIV/AIDS di Indonesia ada di angka 600.000 sehingga banyak kasus yang tidak terdeteksi. Kasus yang tidak terdeteksi jadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Celakanya, insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa terus terjadi melalui hubungan seksual dengan PSK langsung dan PSK tidak langsung. Ini bisa terjadi karena penanggulangan di hulu tidak bisa dijalankan secara efektif al. karena praktek pelacuran tidak dilokalisir sehingga tidak bisa dilakukan intervensi agar laki-laki memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual dengan PSK.

Dengan kondisi ini penyebaran HIV di Indonesia akan terus terjadi yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun