Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nilai NOL di Rapor: Quo Vadis Pendidikan Indonesia!

6 September 2016   09:37 Diperbarui: 6 September 2016   09:55 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: jabar.pojoksatu.id)

Dunia pendidikan Nasional kembali ‘gaduh’ ketika guru di SMA Negeri 4 Bandung, Jawa Barat, memberikan nilai NOL pada mata pelajaran matematika terhadap seorang siswi di sekolah negeri itu. Dikabarkan salah satu alasan guru memberikan nilai NOL adalah karena siswi itu sering tertidur di kelas.

Sebagai orang tua saya pun pernah kecewa kepada guru SD sebuah perguruan agamis di Jakarta Timur ketika putri saya bersekolah di sana di kelas 1. Lembar-lembar ulangan dll. selalu nilai di atas 80, tapi di rapor nilai tertulis 60. Saya tidak pernah berpikir buruk, tapi pembantu yang protes: “Pak, tanya dong gurunya koq nilai di rapor jelek. Ulangan-ulangan kan nilainya bagus,” kata pembantu tadi sambil menunjukkan kertas ulangan. Belakangan ada selentingan bahwa orang tua yang tidak mengikuti kegiatan sekolah dianggap tidak bersahabat dengan konsekuensi nilai di rapor hanya ‘cukup’ saja.

Pertanyaan untuk kepala sekolah dan guru-guru di SMAN 4 Bandung:

(1) Apakah hasil ulangan harian, tengah semester dan semester siswi itu memang NOL?

(2) Apakah tidak ada ujian ulangan di sekolah ini?

(3) Apakah guru yang memberikan nilai NOL bisa menunjukkan hasil ulangan siswi tadi ke publik?

Celakanya, ada latar belakang pemberian nilai NOL itu: Siswi SMAN 4 Bandung yang mendapat nilai rapor nol sebelumnya sudah menduga tidak akan naik kelas. Sebab menurut siswi berinisial DP itu, guru Matematika pernah mengancamnya tidak akan mau memberikan nilai di rapornya (republika.co.id, 5/9-2016).

Ini keterangan dari orang tua siswi tadi, DP: Orang tua siswi DP, Danny mengatakan dugaan tersebut berawal ketika si guru bertanya ke Puspita perihal permasalahannya dengan guru Bahasa Indonesia. "Kamu ada masalah apa dengan guru Bahasa Indonesia? Murid enggak akan pernah menang melawan guru. Kamu enggak akan saya kasih nilai," ujarnya menirukan cerita dari putrinya  (republika.co.id, 5/9-2016).

Pertanyaannya kemudian adalah: Apakah pemberian nilai NOL itu merupakan bagian yang integral dengan pendidikan?

Jika kita memakai nalar tentu saja cara-cara yang dilakukan guru di SMAN 4 Bandung itu merupakan langkah yang sangat naif dan mematahkan semangat pelajar. Celakanya, nilai NOL itu tidak dijelaskan apakah benar-benar hasil ulangan atau ujian.

Yang ada justru ini: Sementara itu, Eriyanti, wali kelas DPR (15) di kelas 10 IPA 3 SMA Negeri 4 Kota Bandung, mengakui pihaknya memberi nilai nol mata pelajaran matematika kepada siswinya anak dari Danny Daud Setiana. Menurut Eriyanti, DPR memiliki kebiasaan tidur di dalam kelas (kompas.com, 6/9-2016).

Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti, mengatakan, siswi yang akrab disapa Puspita tersebut merupakan salah satu siswi berprestasi di SMAN 4 Bandug. Dia mendapatkan nilai nol di rapor pada mata pelajaran matematika karena mengikuti olimpiade biologi tingkat provinsi se-Jawa Barat dan menjuarainya. Retno menuturkan, jika mengacu pada standar berpikir rasional, logis, dan ilmiah pada rapor semester II tahun pelajaran 2015/2016 sangat mustahil jika siswa memperoleh nilai nol di rapor (jabar.pojoksatu.id, 3/9-2016).

Supaya persoalan ini jelas dan tidak ada fitnah, maka guru matematika itu menunjukan hasil ulangan dan ujian DP. Atau, dilakukan ujian ulangan di depan publik agar adil dan jujur.

Cara-cara guru di SMAN 4 Bandung itu jelas bertentangan dengan asas pendidikan yang bermoral dan beragama karena tidak memberikan kesempatan kepada siswi tadi untuk ujian ulangan. Dari aspek hukum ini merupakan diskriminsi (perlakuan berbeda) yang merupakan perbuatan yang melawan hukum dan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia (HAM).

Kok bisa seorang guru bangga ketika memberikan nilai NOL kepada siswinya. Ini yang tidak masuk akal karena itu menunjukkan guru tadi tidak bisa mengajar anak tsb. agar menguasai mata pelajaran yang dia berikan.

Agaknya, perlu juga tes psikologi terhadap guru yang memberikan nilai NOL itu kepada siswinya karena siapa tahu ada faktor lain di luar pendidikan yang membuat guru itu tega menuliskan angka NOL di rapor siswinya.

Quo Vadis dunia pendidikan kita! ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun