Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penyimpangan Seksual Jargon Moral yang Tidak Netral

27 Maret 2011   03:29 Diperbarui: 14 Februari 2024   14:55 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: whyislam.org)

Kesan (moral) terkait dengan kasus AIDS pertama yang terdeteksi pada laki-laki gay di Los Angeles, AS, tahun 1981 ternyata tetap melekat pada benak banyak orang. Padahal, pada waktu yang hampir bersamaan juga tedeteksi kasus AIDS di berbagai kalangan, seperti pekerja seks komersial (PSK).

Bahkan, ada kasus yang terdeteksi melalui darah yang disimpan di rumah sakit terdeteksi HIV dari darah pasien tahun 1959. HIV pada PSK tentu saja ditularkan oleh laki-laki heteroseksual bukan laki-laki gay. Ini menunjukkan HIV sudah ada pada laki-laki heteroseksual. AIDS pada laki-laki gay bisa juga terjadi karena ditularkan laki-laki biseksualitas (laki-laki heteroseksualitas yang juga tertarik pada laki-laki).

Tapi, karena homoseksulaitas dipandang dari aspek norma (secara sosiologis merupakan kaidah atau aturan di sebuah masyarakat), moral (nilai yang implisit di sebuah masyarakat yang di dalamnya juga banyak yang tidak bermoral) dan agama sebagai penyimpangan (seksual) maka AIDS pun dikaitkan dengan penyimpangan seksual, dalam hal ini homoseksualitas, terutama laki-laki gay.

Homoseksualitas adalah orientasi seks berupa romantisme antar pribadi dengan jenis kelamin yang sama. Statistik Pembagian orientasi seks dikaitkan dengan perilaku seksual dan identitas seksual sebagai cara untuk menunjukkan orientasi seksual seseorang secara terbuka. Tapi, perlu diingat di balik identitas seksual yang kasat mata ada orientasi seksual yang tidak kasat mata, seperti biseksualitas dan Laki-laki Suka Seks Laki-laki/LSL.

Baca juga: Fenomena Laki-laki Suka (Seks) Laki-laki dalam Epidemi AIDS


Di kalangan laki-laki heteroseks yang melakukan hubungan seksual dengan laki-laki dan waria ada pembenaran yang menyebutkan bahwa mereka tidak mengingkari cinta karena tidak dilakukan melalui vagina.

Ketika penulis berkantor di Jalan Blora, Jakarta Pusal, tahun 1990-1n ada seorang pramuria cantik yang sering 'curhat' kepada penulis. "Bang, saya koq ambien."

Lho, apa pasal?

Rupanya, cewek itu sering 'dibooking' laki-laki dari kawasan Timur Tengah.

"Mereka selalu seks anal," kata cewek tadi.

Mengapa?

"Kata mereka itu tidak zina karena tidak melalui vagina."

Di Manila, Filipina (1998), seorang satpam cewek di sebuah hotel bertanya: "Sir, mengapa laki-laki sebelah kamar Anda selalu bawa perempuan?"

Yang menginap di kamar itu dua laki-laki berkumis dan berjenggot dengan pakaian putih terusan serta penutup kepala. Mereka berasal dari kawasan Timur Tengah.

Satpam itu tahun saya muslim karena pernah minta tolong cari taksi untuk membawa saya ke masjid.

Saya katakan: "Silakan tanya mereka."

Esoknya satpam itu memanggil saya dan mengatakan: "Kata mereka yang dilarang bawa perempuan yang tidak muhrin ke kamar hanya berlaku di negara mereka."

Biseksualitas merupakan orientasi seksualitas yang secara emosional mempunyai hasrat seksual yang tertarik pada romantisme cinta kepada pria dan wanita sekaligus. Tapi, karena biseksualitas tidak muncul ke permukaan maka orientasi seksual ini tidak dihujat.

Ada pula anggapan yang salah di sebagian orang yaitu mengaitkan laki-laki gay dengan pedofilia karena sama-sama melakukan seks anal.

Laki-laki gay melakukan seks anal dengan cinta kasih, sedangkan pedofilia melakukan seks anal dengan anak-anak menjelang usia remaja.

Pedofilia merupakan deviasi kepribadian berupa ketertarikan seksual kepada anak-anak menjelang usia remaja.

Ada yang memandang homoseksualitas sebagai penyakit sehingga perlu 'diobati', tapi studi-studi belakangan ini menunjukkan homoseksualias merupakan bagian dari orientasi seksual yang dipahami sebagai cara sebagian orang memandang seksualitas.

Celakanya, orientasi seksual antara, seperti biseksualitas dan LSL tidak dikaitkan dengan 'penyakit'. Penyimpangan diartikan sebagai perilaku seks di luar kaidah-kaidah norma, moral dan agama.

Tentu saja hujatan hanya kepada pelaku yang diketahui, sedangkan pelaku yang tidak diketahui tetap aman berlindung di balik kemunafikannya. Penyimpangan seks merupakan jargon yang sangat sarat dengan moral.

Akan lebih netral kalau dipakai kata deviasi. Maknanya tetap merupakan 'penyimpangan' dari norma terkait seks. Heteroseksualitas merupakan orientasi seks dengan ketertarikan terhadap lawan jenis yang berbeda, yaitu antara laki-laki dan perempuan dan sebaliknya. Heteroseksual adalah orientasi yang banyak dianut masyarakat sehingga dianggap normal. Heteroseksual juga dikaitkan dengan fungsi reproduksi perempuan untuk menersukan keturunan.

Tapi, perlu diingat jika penyimpangan dikaitkan dengan statistik akan menimbulkan penafsiran yang tidak objektif. Artinya, karena yang paling banyak heteroseks maka homoseksual dianggap sebagai penyimpangan. "Itu (statistik-pen.) bisa menyesatkan," kata (alm) Sartono Mukadis, psikolog di Jakarta. Sartono memberikan gambaran: jika di satu instansi atau institusi 99,99 persen pegawai atau karyawannya korupsi, maka korupsi pun dianggap sebagai hal yang normal.

Jadi, pegawai atau karyawan yang berjumlah 0,01 persen tidak normal karena tidak korupsi. Jembatan HIV Orientasi seksual adalah pandangan yang didasari pikiran, perhatian, hasrat, serta kecenderungan seks secara emosional, dan romantisme pada diri seseorang.

Di tataran sosial ada orientasi seksual yang terlihat (heteroseksual dan transgender/waria) dan tidak terlihat (homoseksualitas: laki-laki gay dan perempuan lesbian, biseksualitas).

Homoseksualitas merupakan erotisme cinta sesama jenis yang dikenal di kalangan komunitas tertentu.

Lesbian merupakan istilah yang diberikan lepada perempuan dengan orientasi seksual dengan romantisme cinta kepada perempuan. Di kalangan lesbian dikenal ada yang menempatkan dirinya dengan melalui sifat-sifat yang maskulin (butch) atau terlihat seperti 'tomboy'. Ada pula yang menunjukkan ciri-ciri yang feminin (femme).

Dalam berpasangan mereka menepatkan diri sebagaimana layaknya pasangan berupa stereotip sebagai 'laki-laki' dan 'perempuan'.

Transgender merupakan istilah yang diberikan lepada laki-laki yang menunjukkan ciri-ciri dan romantisme perempuan pada dirinya yang berlawanan dengan jenis kelamin yang mereka bawa sejak lahir.

Di masyarakat kalangan ini disebut banci, wadam, bencong, dll. yang merupakan stigma (cap buruk). Belakangan dikenalkan istilah waria sebagai padanan transcender.

Yang sering luput dari perhatian adalah orientasi seksual antara, terutama pada kalangan laki-laki heteroseksual, yaitu biseksual dan juga LSL. Tidak mudah untuk mendapatkan prevalensi homoseksualitas di sebuah masyarakat karena mereka memilih menutup diri. Ini terjadi karena ponolakan dan tekanan yang kuat dari masyarakat yang menempatkan diri sebagai heteroseksualitas, sebagian dengan kemunafikan.

Terkait dengan penyebaran HIV maka biseksualitas dan LSL merupakan perilaku tertutup yang tidak terjangkau sehingga mereka akan menjadi mata rantai penyebaran HIV. Lagi, pula mereka tidak mendapatkan stigma dan tekanan sosial sehingga mereka lebih leluasa jika dibandingkan dengan laki-laki gay dan waria.

Perilaku-perilaku seksual dengan pembenaran dan perilaku seks yang berisiko menjadi jembatan penyebaran HIV dari satu kalangan ke masyarakat atau sebaliknya.

Celakanya, yang dituding sebagai 'penyebar HIV' hanya perilaku seksual dengan deviasi yang kasat mata, seperti laki-laki gay dan waria. Selama perilaku seksual yang tidak kasat mata, seperti biseksualitas dan LSL, tidak tersentuh maka HIV/AIDS di Indonesia akan menjadi 'bom waktu' ledakan AIDS di masa yang akan datang karena mereka menjadi mata rantai yang mendorong penyebaran HV.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun