Lagi-lagi data survai menunjukkan 78,4 persen ‘pacar’ atau pasangan tetap PSK tidak memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual.
Risiko tertular HIV dapat juga dilihat dari tingkat insiden IMS (infeksi menular seksual yaitu penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungans seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah, seperti GO (kencing nanah), sifilis (raja singa), klamidia, hepatitis B, dll.) di kalangan PSK. Jika PSK terdeteksi mengidap IMS maka risiko tertular HIV kian besar. Maka, ada kemungkinan PSK yang mengidap IMS juga sekaligus mengidap HIV. Akibatnya, laki-laki ‘hidung belang’ yang tertular IMS dari PSK bisa jadi sekaligus juga tertular HIV.
Persentase PSK yang pernah mengalami gejala IMS di Kab Aceh Barat, Kab Aceh Tamiang, Kota Banda Aceh, dan Kota Lholseumawe.
Gejala IMS
Persentase
Ya
35,0
Tidak
65,0
Data menunjukkan ada 35 persen PSK yang pernah terdeteksi menunjukkan gejala IMS. Jika laki-laki ‘hidung belang’ tidak memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan PSK maka mereka berisiko tertular IMS, bahkan sekaligus HIV kalau PSK itu mengidap HIV pula.
Bisa saja terjadi laki-laki ‘hidung belang’ penduduk setempat dan pendatang tidak melakukan perilaku berisiko di Aceh, tapi ke Medan. Di Medan pun ternyata perbandingan antara yang mengidap IMS dan tidak mengidap IMS di kalangan PSK juga tinggi. Kondidi ini meningkatkan risiko penularan IMS dan sekaligus HIV pada laki-laki ‘hidung belang’ asal Aceh yang ‘main’ dengan PSK di Medan.
Bahkan, prevalensi IMS di kalangan PSK tidak langsung juga tinggi. PSK tidak langsung adalah PSK tidak langsung (seperti, ’cewek bar’, ’cewek kampus’, ’anak sekolah’, WIL, ’selingkuhan’, gundik, ’ibu-ibu rumah tangga’, perempuan pemijat di panti pijat plus-plus, dll.) serta pelaku kawin-cerai.
Prevalensi IMS pada kelompok berisiko di Sumatra Utara, 2007
IMS
PSK Langsung
PSK Tidak Langsung