Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Andil PSK Tidak Langsung Dorong Penyebaran HIV/AIDS di Denpasar

26 November 2010   02:16 Diperbarui: 9 Januari 2019   09:49 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: forensicmag.com)

Sri Mulyanti menambahkan: ”.... para pekerja seks menjadi salah satu potensi terbesar penyebaran HIV/AIDS di ibu kota Provinsi Bali ini. Karena perilaku mereka paling berisiko menularkan atau  sebaliknya tertular virus mematikan tersebut.” Ini pun jelas tidak akurat karena yang menyebarkan HIV adalah laki-laki ’hidung belang’. Laki-laki ini adalah: (a) yang menularkan IMS dan HIV kepada PSK, dan (b) yang tertular IMS dan HIV dari PSK.

Alat Kontrasepsi

Tapi, karena HIV/AIDS sering dilirik dari aspek moral maka yang disalahkan tetap saja PSK. Padahal, laki-laki yang menularkan HIV kepada PSK atau yang tertular dari PSK bisa sebagai suami, pacar, selingkuhan, PIL, lajang, atau duda akan menjadi mata rantai penyebaran HIV secara horizontal di masyarakat. Ya, ini pun luput dari perhatian karena HIV/AIDS dikaitkan dengan moral. Karena PSK dikesankan ’tidak bermoral’ maka merekalah yang menjadi pihak yang disalahkan.

Disebutkan pula: "Karena itu pihaknya tidak henti-hentinya melakukan penyuluhan tentang bahaya virus HIV/AIDS, serta menyarankan kepada mereka untuk menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seks." Ini bisa menyesatkan karena tidak semua alat kontrasepsi (untuk mencegah kehamilan) bisa mencegah penularan IMS dan HIV. Yang bisa mencegah kehamilan, IMS dan HIV adalah kondom.

Celakanya, penolakan terhadap kondom terjadi secara besar-besaran di berbagai kalangan. Di Papua, misalnya, ada pendeta yang menentang kondom. Kalau Pak Pendeta itu bisa menjamin ummatnya tidak akan pernah melakukan perilaku berisiko, maka dia boleh saja menolak kondom. Tapi, kalau Pak Pendeta tidak bisa menjamin, maka apa yang bisa ditawarkan Pak Pendeta untuk mencegah penularan HIV?

Dalam berita disebutkan ada tempat yang diindikasikan terdapat PSK yang mengidap HIV. Tapi, ada fakta yang luput dari perhatian yaitu PSK tidak langsung. Mereka ini adalah ’cewek bar’, ’mahasiswi’, ’anak sekolah’, WIL, ’ibu-ibu rumah tangga’, ’pemijar’ di panti pijat plus-plus, dll. Yang mendorong penyebaran IMS dan HIV adalah PSK tidak langsung ini.


Kasus HIV yang terdeteksi pada 11 anggota TNI yang tergabung dalam Pasukan Perdamaian PBB di Kamboja (1996), misalnya, diperkirakan tertular dari PSK tidak langsung karena ada kemungkinan mereka sudah dibekali dengan larangan agar tidak melacur. Celakanya, prevalensi HIV di kalangan PSK tidak langsung di Kamboja ketika itu juga besar sehingga probabilitas (kemungkinan) kencan dengan PSK tidak langsung yang mengidap HIV juga cukup besar.

Itulah sebabnya informasi yang akurat diperlukan dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap IMS dan HIV. Selama materi informasi tetap dibalut dengan norma, moral dan agama maka selama itu pula masyarakat tidak memahami cara-cara penularan dan pencegahan yang konkret. Akibatnya, penyebaran IMS dan HIV terus terjadi. Kita tinggal menuai hasilnya kelak karena kasus-kasus HIV yang tidak terdeteksi akan menjadi ’bom waktu’ ledakan AIDS. *[Syaiful W. Harahap] *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun