Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Tanpa (Ada) Hari Valentine pun Perzinaan dalam Berbagai Bentuk Terus Terjadi

14 Februari 2015   00:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:14 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14238240291573411434

Dari jumlah itu 2,2 juta adalah suami (kompas.com, 3/12-2012). Itu artinya ada 2,2 juta istri yang berisko tertular HIV/AIDS dari suami. Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian banyak ibu rumah tangga yang tertular HIV/AIDS dari suaminya. Penularan HIV/AIDS ini berakhir pada anak-anak yang mereka lahirkan.

Persoalan besar pun muncul. Ada anak yang lahir dengan HIV/AIDS tanpa ayah yang mati karena penyakit terkait AIDS, ada yang tidak punya ibu yang juga mati karena penyakit terkait AIDS. Bahkan banyak pula anak-anak yang lahir dengan HIV/AIDS beranjak besar tanpa ayah dan ibu.

Banyak pula keluarga yang menolak anak-anak tsb. sehigga harus dititipkan di berbagai institusi HIV/AIDS. Pemerintah sendiri tidak bisa turun tangan karena anak-anak dengan HIV/AIDS itu bukan penyandang masalah sosial dan tidak pula sakit.

Itulah masalah besar yang dihadapi oleh Malaysia, seperti pernah disampiakan oleh Datin Marina Mahathir, waktu itu dia direktur sebuah organisasi peduli AIDS. “Tidak jelas siapa yang harus merawat anak-anak tsb. (maksudnya anak-anak yatim piatu dengan AIDS dan ditelantarkan keluarga-pen.),” kata Marina kepada penulis di Kongres AIDS Internasional Asia Pasifik (ICAAP) 1999 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Kondisi yang dialami Malaysia sudah terjadi di Indonesia, tapi karena banyak institusi, seperti LSM atau sanggar, yang ‘menampung’ anak-anak tsb. sehingga masalah tidak mecuat ke permukaan. Di Yayasan Pelita Ilmu (YPI) di Jakarta Selatan, misalnya, ada 140 anak-anak mulai dari bayi sampai umur SMP dengan HIV/AIDS. Di LSM dan sanggar lain pun jumlahnya hampir sama.

Nah, apakah kita terhanyut dengan isu ‘Hari Valentine’ yang melibatkan remaja yang diasumsikan dengan hubungan seksual oleh separuh orang daripada mengatasi penyebaran HIV/AIDS yang dilakukan oleh kalangan dewasa, terutama laki-laki, melalui prekatek pelacuran yang terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu di negeri ini?

Laporan Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 17 Oktober 2014, menyebutkan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Indonesia mulai tahun 1987 sampai 30 September 2014 adalah 206.084 yang terdiri atas 150.285 HIV dan 55.799 AIDS dengan 9,796 kematian.

Kalau penanggulangan HIV/AIDS di hulu yaitu pada pratek pelacuran yang melibatkan PSK tidak langsung tidak ditangani dengan intervensi yang konkret, maka insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi yang kelak bermara pada ‘ledakan AIDS’. *** [Syaiful W. Harahap] ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun