Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Tanpa (Ada) Hari Valentine pun Perzinaan dalam Berbagai Bentuk Terus Terjadi

14 Februari 2015   00:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:14 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14238240291573411434

Pemerintah di negara tsb. tidak bisa melakukan intervensi karena hal itu menyangkut hak asasi di ranah privat. Negara, dalam hal ini pemerintah, tidak boleh masuk ke ranah privat selama tidak menyangkut kepentingan umum. Itu pula lah sebabnya ada negera yang “menyediakan” lokalisasi pelacuran atau rumah bordir untuk memenuhi hak seksual masyarakat.

Di Indonesia sendiri sudah lama dikenal ‘kumpul kebo’, kawin-kontrak, nikah mut’ah, dll. yang pada prakteknya hubungan seksual yang bukan dalam konteks kegiatan reproduksi untuk mendapatkan keturunan yang sah. Di kawasan Puncak, Jawa Barat, misalnya terjadi kawin-mawin antara perempuan Indonesia dengan laki-laki dari kawasan Asia Depan dalam berbagai bentuk yang mengabaikan makna sakral pernikahan.

Kegiatan itu terjadi tanpa perayaan Hari Valentine karena terjadi sepanjang tahun.

Begitu juga dengan praktek pelacuran yang terjadi sepanjang tahun.

Memang, pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kota boleh-boleh saja menepuk dada dengan mengatakan: Tidak ada pelacuran!

Itu benar adanya.

Tapi, tunggu dulu. Apa,sih, yang tidak ada?

Yang tidak ada adalah pelacuran yang dilokalisir dengan regulasi seperti di zaman Orde Baru (Orba). Dulu pelacuran dilokalisir dengan dalih resosialisasi dan rehabilitasi dengan memberikan keterampilan kepada pekerja seks komesial (PSK). Mereka tetap menjalakan pekerjaannya sebagai PSK selama rehabilitasi.

Ledakan AIDS

Yang tidak ada di semua daerah di Indonesia adalah pelacuran dengan PSK langsung yaitu PSK yang kasat mata seperti di lokasi atau lokalisasi pelacuran zaman Orba. Tapi praktek pelacuran yang melibatkan PSK tidak langsung yaitu PSK yang tidak kasat mata, seperti cewek panggilan, cewek kafe, cewek disko, cewek pemijat, ABG, ayam kampus, cewek gratifikasi seks, dll. terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu.

Buktinya, banyak kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga. Studi juga menujukkan ada 6,7 juta laki-laki pelanggan PSK langsung di Indonesia (Kemenkes RI, 2012). Artinya, jutaan bahkan puluhan juta laki-laki lain adalah pelanggan PSK tidak langsung. Mereka inilah yang jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS secara horizontal di masyarakta, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun