"Perempuan tuh harus putih, tapi jangan sampai putih pucat."
"Perempuan tuh harus mulus, jangan berjerawat."
"Perempuan tuh badannya harus ideal, jangan gemuk, apalagi kurus."
"Perempuan tuh harus cerdas, tapi kalau terlalu pintar akan menjadi ancaman bagi lawan jenisnya sendiri."
"Perempuan tuh jangan banyak bergaul sama lawan jenis, nanti salah pergaulan."
"Perempuan tuh harus mandiri, tapi jangan seolah gak butuh laki-laki."
"Perempuan tuh jangan sekolah tinggi-tinggi, karena ujung-ujungnya di dapur."
Ngomongin soal perempuan banyak yang katanya begini, katanya begitu. Tapi sampai kapan kita sebagai perempuan mau terus mengejar dan mewariskan omong kosong ideal perempuan sesuai kata dan ego mereka.
Tuntutan-tuntutan itulah yang membuat para perempuan merasa dirinya kurang, mereka akan terus berusaha agar cukup dimata publik.
Mau sampai kapan terus menuntut perempuan harus begini, harus begitu?
Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihannya, termasuk perempuan. Tapi, kenapa seolah perempuan itu harus sempurna?
Seharusnya paham bahwa keberagaman itu ada, seharusnya paham bahwa setiap individu itu berbeda- beda, bukan menuntut semuanya harus sama dan serba bisa.
Tuntutan terhadap perempuan sering kali terasa tak ada habisnya, dan itu datang dari segala arah. Kadang, perempuan merasa seperti selalu harus memenuhi ekspektasi orang lain, entah itu dalam cara berpakaian, cara mengasuh anak, bahkan sampai ke bentuk tubuh saat hamil. Semua hal kecil seolah menjadi bahan penilaian, padahal setiap perempuan tentu memiliki hak untuk membuat keputusan dan menjalani hidupnya dengan cara mereka sendiri.
Berbicara soal cara berpakaian. Ada saja mereka merasa berhak mengomentari, seolah penampilan itu adalah cerminan dari kualitas seseorang. Mau pakai yang simple atau modis, tetap saja ada yang mengkritik. Padahal, setiap orang berhak memilih apa yang paling nyaman buat dirinya.
Hal yang sama juga terjadi saat perempuan menjadi Ibu. Ketika memilih memberi asi atau susu formula. Dua pilihan yang sering kali membuat perempuan merasa dipertanyakan. Banyak yang merasa lebih tahu soal apa yang terbaik untuk anak orang lain, padahal setiap Ibu pasti punya alasan dan pertimbangan masing-masing, sesuai dengan kondisinya.
Bahkan warna kulit pun menjadi bahan omongan. Seolah-olah ada asumsi bahwa jika kulit perempuan putih, pasti mereka dianggap cantik. Faktanya, kecantikan tidak hanya diukur dari standar fisik. Setiap orang memiliki kecantikan yang unik, dan itu bukan hanya masalah warna kulit.
Masyarakat sering kali menciptakan gambaran cantik yang terbatas, seperti harus berkulit putih, langsing, dan punya penampilan yang sesuai dengan standar tertentu. Namun pada kenyataannya, kecantikan bukan masalah warna kulit atau tipe tubuh, tetapi cara seseorang merasa bahagia dengan diri mereka sendiri.
Perempuan yang kulit gelap sering kali merasa diremehkan atau dianggap kurang cantik hanya karena warna kulitnya. Karena berkulit tan skin akan terlihat aneh bagi sebagian masyarakat di Indonesia.
Memang setiap orang memiliki kriteria, mereka berhak untuk memiliki ideal versi mereka sendiri. Tapi, bukan juga harus menjatuhkan ideal versi yang lainnya.
Jangan berisik, apalagi berkomentar didepannya, itu sudah dianggap tidak memiliki pikiran dan adab, apalagi sampai berkomentar disosial media, meskipun tidak saling mengenal.
"Magrib banget."
"Tipe bule banget ini mah."
"Cantik, cuma salah negara aja."
"Emang di sana sepanas itu yah?"
"Coba aja putihan lagi, pasti cantik banget."
Mau sepintar dan sekeren apapun, jika keberisikan yang dilontarkan itu buruk akan terlihat bodoh dan norak. Biasanya mereka tidak paham arti dari keberagaman, seolah dirinya sempurna.
Berbeda dalam artian tidak memiliki keindahan, itu yang ada dibenaknya.
Faktanya, kulit gelap memiliki keindahan dan pesona sendiri. Orang sering melupakan fakta bahwa tidak hanya penampilan fisik, tetapi keindahan yang sebenarnya dari kepercayaan diri dan kenyamanan datang untuk diri mereka sendiri. Perempuan dengan kulit putih, gelap atau coklat memiliki kecantikan yang patut dihargai.
Lebih-lebih lagi, banyak iklan dan outlet media selalu menunjukkan bahwa standar kecantikan itu kulit berwarna putih. Hal ini bisa membuat sebagian perempuan merasa kurang percaya diri jika mereka tidak memenuhi standar itu.
Keragaman itu penting, dan tidak semua perempuan berada dalam model kecantikan yang ketat. Setiap perempuan berhak merasa cantik terlepas dari warna kulitnya, bentuk tubuh, atau pilihan kehidupan. Kita semua harus merayakan perbedaan dan mulai menghormati setiap individu untuk keunikan yang mereka miliki.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI