Mohon tunggu...
Indri Yani
Indri Yani Mohon Tunggu... Mahasiswa - College Student

Enjoy Life

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bercocok Tanam Menggunakan Sistem Microgreen di Masa Pandemi

25 Juni 2021   01:44 Diperbarui: 25 Juni 2021   01:47 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Saat ini pandemi virus corona sedang menjalar ke seluruh dunia. Sehingga, kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan sebelum adanya virus corona tidak bisa dilakukan lagi secara normal. Bahkan sekolah, universitas, dan tempat kerja pun ditutup sehingga mengharuskan orang-orang untuk melakukan semua kegiatan di dalam rumah untuk menghindari tertularnya virus corona. 

Untuk mengatasi rasa penat dan bosan selama berada di rumah, bercocok tanam menjadi salah satu kegiatan yang saat ini sedang digemari oleh banyak orang. 

Bercocok tanam bisa membuang rasa bosan serta penat disaat pandemi. Saat ini tidak banyak orang yang memiliki lahan luas sehingga banyak orang mencari metode bercocok tanam yang bisa dilakukan di ruang yang terbatas. Banyak metode bercocok tanam yang bisa dilakukan di ruang yang terbatas, salah satunya yaitu metode penanaman microgreen atau bila diterjemahkan dengan kalimat sederhana menjadi tanaman kecil yang berwarna hijau.

Microgreen adalah tanaman yang ukurannya lebih besar dari kecambah tetapi lebih kecil dari tanaman dewasa. Perlu diketahui, tanaman yang biasa dikonsumsi ada beberapa tahap atau tingkatan pertumbuhan yaitu tahap kecambah, tahap microgreen, tahap baby green atau tanaman yang masih remaja, dan tahap tanaman dewasa (Pratamaningtyas & Wardhani, 2019). 

Perbedaan microgreen dengan kecambah yaitu kecambah dikonsumsi saat masih ada akar serta tumbuh di tempat yang gelap dan lembab, sedangkan microgreen yaitu tanaman kecil yang dikonsumsi hanya batang dan daunnya saja sedangkan akarnya tidak dikonsumsi serta tumbuhnya di tempat yang cukup terpapar cahaya matahari dengan sirkulasi udara yang baik. 

Sejarah awal penanaman microgreen adalah dahulu para chef di restoran-restoran menanam microgreen untuk dijadikan hiasan pada makanan dan sebagai penambah cita rasa (Wang & Kniel, 2016). Microgreen bisa dipanen ketika sudah muncul daun sejati (kotiledon atau daun lembaga yang merupakan bawaan dari benih) (Franks & Richardson, 2009). Menurut (Febriani et al., 2019), microgreen dipanen sekitar umur 7-14 hari. Tetapi rasa dan nutrisi yang paling maksimal ada ketika pertama kali daun sejati tumbuh.

Microgreen menjadi salah satu sayuran yang layak untuk ditanam karena microgreen bisa ditanam di tempat yang terbatas sehingga cocok ditanam di rumah atau apartemen yang memiliki ruangan kecil. 

Microgreen bisa tumbuh hanya dengan menggunakan pot kecil, atau baki. Dengan mudahnya cara penanaman microgreen maka sangat cocok untuk ditanam di saat pandemi. Microgreen memiliki nutrisi yang tinggi, bahkan microgreen bisa 4-40 kali lipat nutrisinya dari tanaman dewasa meskipun bentuknya yang kecil (Xiao et al., 2012). 

Warna dan rasanya menarik untuk menambah cita rasa dan tampilan hidangan. Cara menanamnya bisa menggunakan benih apapun. Pada dasarnya benih yang digunakan sama seperti benih ketika menanam tanaman reguler tetapi lebih baik jika menggunakan benih organik atau benih yang tidak diberi bahan kimia. Microgreen setelah dipanen akan langsung dimakan sehingga jika menggunakan benih yang diolah menggunakan bahan kimia, bahan kimia tersebut bisa menempel pada benih dan ada kemungkinan bahan kimia tersebut masih tersisa ketika dipanen.

Tanaman yang biasa ditanam untuk microgreen adalah tanaman yang daunnya dapat dimakan. Contoh tanaman yang bisa dijadikan microgreen adalah tanaman matahari, gandum, bayam, brokoli, dan lain-lain (Adawiyah et al., 2020). Microgreen bunga matahari mengandung vitamin A, D, B kompleks, dan E serta bisa dipanen setelah 10 - 12 hari. 

Microgreen gandum yang mengandung vitamin A, C, E, magnesium, potasium, zat besi, kalium, kalsium, serta mengandung antioksidan glutathione yang berfungsi untuk melawan radikal bebas sehingga mencegah penyakit-penyakit regenerasi seperti kanker, jantung, dan diabetes serta bisa dikonsumsi ketika diet (Arifiansyah et al., 2020). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun