Mohon tunggu...
Singgih S
Singgih S Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Tani Kebun di Desa Cimayasari, Subang.

Omo Sanza Lettere Disini http/www.kompasiana.com/satejamur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengapa Aku Disini? (Kisah dari Balik Panti Rehabilitasi)

5 Mei 2015   14:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:21 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebut saja Bang Tigor namanya, penghuni baru di panti rehabilitas. Tentu bermasalah narkoba, diantar adiknya yang mengaku serse bagian narkoba di kotanya menitipkan adiknya direhabilitasi. kondisi jiwaannya sudah terpengaruh zat addiktif, tak bisa kontrol tingkah polahnya tak salah bila di cap 'sakit jiwa'

Alhamdulillah, selepas terapi herbal Bang Tigor bisa kontrol diri, sosialisasi dengan lingkungan dan masuk kategori pasca rehab. Di hari ke empatpuluh lima, selepas mandi dan sarapan pagi, Bang Tigor terlihat tidak seperti biasanya mondar-mandir, lalu mendekatiku tanya "Kenapa aku disini?" mendengar nada bingung, lalu aku balik tanya "Kamu ingat selama disini?" Ia tertegun sejenak matanya menatap aku tajam "Aku ingat itu.., disini aku sering dipaksa minum itu ramuan, mandi, dimarahi, subuh bangun" aku jawab singkat "Supaya kamu jadi lebih sehat". akhirnya aku ceritakan awal kedatanganya singkat pun selalu ditimpali dengan kata-kata "Aku ingat itu...". Lalu mengalir lah kisahnya:

Aku ingat, pertama kali aku bersentuhan narkoba, mencoba menghisap ganja disaat libur kenaikkan ke kelas tiga, di rumah temannya, lain waktu mencoba pil dan miras. Setelah itu hampir setiap malam Minggu saat kumpul bersama teman menikmatinya.

Libur semesteran kelas tiga, aku dikenalkan dan mencoba hisap shabu di suatu tempat bersama teman. Tak tahunya terjaring operasi, beruntung temanku anak pejabat tinggi dan kakakku mau menolongku. Aku tak jadi diproses hukum. Setelah itu aku kapok,

Aku kumat lagi saat lulusan sekolah. Di rayu teman, pesta merayakan kelulusan, tak tahunya di meja digelar ganja, minuman sampai tepar, dua hari tak pulang tentulah orangtua marah besar,, aku menyesal.

Lalu aku kuliah, di fakultas hukum sampai semester lima jadi anak mami, paling minum bir, kadang tuak, akhir semester, aku diajak dosenku ke suatu tempat, disitu dikenalkan inex, lain waktu ekstasi, shabu dan ganja, aku konsumsi dari satu bulan sekali, lalu meningkat dua minggu sekali, Sial.. semakin hari barang semakin sulit dicari dan harga selalu naik, itu gara-gara di razia terus.

Akhirnya aku dapat kontak bandar besar dan dapat harga miring, dua-tiga kali transaksi lancar. Sebagian aku jual lumayan untungnya besar, masih ada sisa buat aku pakai sendiri. entah transaksi yang keberapa aku lupa, aku terjaring. Beruntung komandanya teman baik kakakku dan aku bukan TO, selamatlah aku. Itu bandar besarnya sudah tertangkap, di vonis mati, masuk tivi lagi?

Disela-sela kisahnya aku tanya "Apa sebabnya kamu bermasalah narkoba?" Ia terlihat bingung, malah balik bertanya "Apa sebabnya bapak?" Lalu aku coba tebak, "Mungkin hubungan tidak harmonis dengan kedua orang tua, kakak, adik atau kamu sakit hati, dendam?". Sesaat Tigor menatapku, menggelengkan kepalanya "Aku ingat, keluarga besarku sayang padaku, aku biasa ngobrol, bercanda, tak pernah ada bikin aku sakit hati" ujarnya menyanggah,lalu aku tanya "Seperti apa, ingat?" lalu Tigor berkisah: "Ah...kebutuhanku sekolah sampai kuliah terpenuhi, sampai isi kamarku seperti perpustakaan, libur panjang diajak jalan ke luar dan dalam negeri,..aku ingat satu kejadian lucu...saat mobilku senggolan, mobil itu rusak, aku tak tahu sopirnya polisi perwira tinggi pakai baju preman, aku tak mau perbaiki mobilnya, ributlah, kakaku datang, ribut lagi eh.. akhirnya si polisi itu perbaiki mobilku, ternyata Dia takut boroknya kebongkar, padahal posisi aku yang salah. Ah banyaklah aku dibantu.... Itulah bapak aku bingung sebab apa pakai narkoba?.

Kisah pun berlanjut : Lepas dari jerat hukum, suasana rumah bagai neraka, tau sendiri kan orangtua, mana yang mau terima, tiba-tiba anaknya kena narkoba. Tambah pusing pula aku, biasa pakai langsung di putus total. Badanku rasanya tak karu-karuan, aku sering mengamuk, bisik-bisikan dalam otak selalu ajak aku bicara, aku ingat itu... kenapa aku sering bicara sendiri... aku tak bisa kontrol. Ah...aku di cap gila/sakit jiwa sama orangtuaku, sekalian aku menggila, Hampir saja aku dimasukkan rumah sakit jiwa, adikku tak sepakat, aku ingat itu semua...

Tepat di angka limapuluh lima hari direhabilitasi, sudah dinyatakan sehat, Tigor dijemput adiknya. Saat pamit, aku minta ijin kisahnya aku coba tulis, Ia mengijinkan dengan syarat disamarkan dan permintaan lainnya tentu aku sanggupi, bila jadi minta dikirimi.

Mengendap lama kisahnya dalam hardisk PC, setelah aku edit-edit, lalu aku SMS minta alamat emailnya. Jelang sore, Ia telp hampir dua jam sampai Hp dan kupingku panas lantas aku aktifkan speakernya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun