Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibu Kost-ku, Tetangga yang Menginspirasiku

4 Juni 2013   13:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:33 3647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“mBak diminta Ibu ke ruang tamu. Guru piano sudah datang,” Yu Nem – pembantu Ibu kost menyampaikan pesan kilat kepadaku.

Setiap Sabtu pagi, pukul 7.30 wib saya les piano privat di rumah Ibu Prapto (bukan nama sebenarnya) – Ibu kost saya yang berusia 64 tahun. Saat itu adalah tahun keempat saya tinggal di paviliun rumah Bu Prapto.

Saya dan Bu Prapto punya beberapa "ritual" yang sangat asyik. Hari Sabtu, sama-sama belajar piano dengan guru privat kami, namanya Mas Pendi. Di rumah ibu kost, ada piano Yamaha “menganggur”.  Di waktu senggang, saya suka mampir ke rumah induk semang ini, sambil mengobrol ringan, saya bermain piano asal-asalan. Lama-lama saya dan Ibu Kost sepakat untuk belajar main piano bersama-sama.

Itu masa-masa yang sangat indah dan membahagiakan. Kami saling berlomba menguasai pelajaran yang diberikan Mas Pendi. Kalau permainan piano Bu Kost lebih lancar, saya berlatih lebih giat. Kalau saya memainkan lagu yang ditugaskan Mas Pendi dengan baik, Bu Kost menimpali dengan banyak pertanyaan tentang cara saya bisa bermain lebih baik daripada dia. Saat kami lupa cara memainkan sebuah lagu, kami berdua tertawa terbahak-bahak, dan itu membuat orang lain tak berani mengusik keceriaan dan waktu istimewa kami.  Kalau kami berdua asyik main piano, kadang ada teman yang datang dan meminta salah satu dari kami mengiringi teman itu bernyanyi seolah kami ini pianis beneran.

Hari Minggu adalah jadwal  berbincang pagi membahas isi Kompas Minggu sambil ngegosip ngalor ngidul tentang politik Negara, bak anggota Dewan Yang Terhormat.  Senin pagi, dan pagi lainnya di hari kerja, saya menyambut sapaan hangat dan ceria Bu Prapto dari teras rumahnya yang berbatas ram kasa hijau cerah, “Selamat pagi, Nak Indria, sudah sarapan? Ini kalau mau dibawa saja ke kantor, bakwan goreng bikinan Ibu.”

Kami punya kedekatan khusus dengan Ibu kost saya. Beliau suka menceritakan banyak hal lucu saat masih muda, dan bagaimana ia menjadi isteri setia yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal baru di mana pun suami ditugaskan. Memang, suami Bu Prapto seorang atase militer, yang tugasnya berpindah-pindah dari satu negara ke negara lainnya di tanah asing. Dengan bangga, Bu Prapto mengisahkan sikap siaga dan kewaspadaan tinggi menghadapi kabar suami kalau sewaktu-waktu harus pergi lama dan meninggalkan keluarga.

Bu Prapto sendiri adalah seorang priyayi yang masih punya hubungan kekerabatan dengan keraton Jogya, begitu katanya. Ia punya 5 orang anak, empat laki-laki dan satu perempuan. Nah, saya bayangkan si Ibu ini tentu cukup repot mengurus anak-anaknya, yang waktu itu masih kecil. Bu Prapto sehari-harinya mengajar sebagai guru Sekolah Dasar. Itu saat masih di Indonesia. Nah, waktu dia tinggal di luar negeri, Bu Prapto memanfaatkan waktu luangnya mengajari Ibu-Ibu di kedutaan, dengan ketrampilan merias pengantin. Keren ya?

Ah, itu kisah masa lalu Bu Prapto.  Kembali ke tanah air, si Ibu ini membuka salon kecantikan. Awalnya dia menyewa salah satu toko di Plaza Aldiron, “sebuah Plaza pertama di Jakarta Selatan”, kata Bu Prapto lagi.

Langganan Bu Prapto dari berbagai kalangan. Dari perempuan lajang, karyawan sederhana, sampai beberapa perempuan eksekutif muda, dan kadangkala juga beberapa karyawan pria yang berkantor di sekitar kawasan salon. Akhirnya Bu Prapto memantapkan diri menekuni bidang rias pengantin ini, dan dengan sertifikat ahli rias pengantin yang didapatnya dari sebuah sekolah kecantikan ternama di Jakarta, ia sendiri memberi kursus privat maupun mengajar di kelas kecantikan yang bekerjasama dengan salah seorang tokoh dan pakar kecantikan ternama di Indonesia – namanya tidak saya sebutkan untuk menjaga privasi Bu Prapto maupun sang pakar.

Dalam mengajar ini, Bu Prapto tidak jarang menjadi “konsultan perkawinan”, “konsultan manajemen keuangan”  .. ya, apa saja yang diungkapkan oleh murid atau pelanggan salonnya. Makin lama, Bu Prapto dikenal para murid dan pelanggan salonnya sebagai semacam Ibu bijak, begitulah.

Ada beberapa hal yang selalu menginspirasi saya tentang ibu kost saya ini, antara lain dalam hal:


  • Semangat Juang

Bu Prapto selalu menunjukkan sikap hidup positip dan optimisme tinggi. Beliau suka memberi semangat pada orang lain yang menderita kesusahan. Dia sendiri adalah pejuang berkepribadian tangguh. Berapa kali saja anak-anak Bu Prapto yang sudah pada makmur, memintanya untuk tinggal di rumah mereka.  Ia selalu bilang, “Saya harus merawat dan meninggali rumah saya, untuk mengenang almarhum Ayah kalian.”


  • Etos Kerjanya

Tiada hari tanpa kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, baik buat diri sendiri maupun orang lain. Beberapa tahun terkahir di usianya yang sudah melewati 70 tahun, si Ibu kost membuka warung sembako di garasi rumahnya. Ini adalah usaha yang dia rintis untuk menggantikan usaha salon rias pengantin yang sudah dia tutup sejak beliau mulai merasa mudah capai fisiknya. Merias pengantin memerlukan mobilitasnya yang tinggi, karena ia harus mendatangi tempat hajatan pengantin diadakan.


  • Prinsip Gaya Hidup Sehat

Pola makan sehat, tidak harus berpantang dengan suatu makanan atau minuman, dengan syarat semua dikonsumsi dalam porsi yang cukup. Saya kagum dengan pengendalian dirinya untuk semua yang dikonsumsinya. Dia sudah cukup lanjut usia, tapi bisa makan dan minum apa saja: durian, kambing guling, es krim, coca cola, rujak buah, gorengan bahkan nasi Padang.  Prinsipnya, “Semua boleh, tapi ingat umur dan kesehatan. Jadi jangan mentang-mentang suka dengan makanan dan minuman tertentu, kita lepas kendali dan tidak mengukur membatasi porsi konsumsi,” ujarnya setiap kali kami yang muda keheranan dengan hobi wiskul-nya.

Berolah raga ringan atau berat sesuai usia dan kekuatan kita, dilakukan dengan konsisten dan teratur setiap saat dijadwalkan. Setiap pagi Bu Prapto menyempatkan jalan pagi di sekitar kompleks rumahnya, sambil menyambangi tetangga di rumah yang dilewatinya. Kadang-kadang ia melakukan sendiri kegiatan menyiangi daun kering, rumput liar dan memindah-mindahkan bunga-bunga di pot tamannya yang rimbun dan asri.

Menyempatkan diri untuk bisa beristirahat dan tidur cukup, sesuai kebutuhan ideal untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuh. Bu Prapto selalu bangun di saat subuh. Mengambil wudhu untuk sholat subuh,  dan kemudian memulai kegiatan pagi lainnya.


  • Ketegasan

Hal prinsip demi kebaikan bersama, diusahakan bisa diungkapkan dengan cara yang baik dan sopan, tanpa mengurangi rasa hormat orang lain.


  • Fokus

Apa yang direncanakan, apa yang dicita-citakan, selalu diusahakan dengan tanpa ragu dan tanpa mengenal sikap lelah.


  • Ketekunan

Ini terkait dengan tindakan yang berfokus pada tujuan. Tidak segan-segan berusaha tetap menggeluti apa yang menurutnya menuju pada pencapaian tujuan dan cita-cita hidupnya.


  • Pendidikan

Suka berbagi ketrampilan dan pengetahuan dengan siapa saya yang berminat. Mendidik anak-anak dengan contoh tindakan nyata.  Bu Prapto merintis dan menularkan kegiatan mengubah sampah basah menjadi pupuk organic. Dia berhasil membuat lingkungan tetangga menjaga kebersihan lingkungan, dengan peduli pada cara pembuangan sampah yang baik. Memisahkan buangan sampah menjadi sampah basah dan kering. Taman dan kebun mini di pekarangan rumahnya yang subur, hijau dan semarak dengan warna-warni tumbuhan adalah hasil nyata ketekunannya mendidik orang sekitar agar menjaga lingkungan yang rapi, sehat dan produktif.


  • Cinta Tanah Air

Hal ini dinyatakan dengan kegiatannya yang melestarikan budaya dan adat asal usulnya. Bangga dan mendukung anak cucunya belajar sampai ke negeri Cina, namun juga memberi inspirasi dan contoh bagaimana mempromosikan budaya bangsa di manapun berada, dengan mendorong cucu belajar menari  Bali, menari Jawa, belajar tarian Sumatra dlsb.


  • Gairah Belajar

Pantang menyerah dalam keinginannya menambah ketrampilan dan pengetahuan baru. Dalam hal ini, Bu Prapto tidak segan-segan bertanya kepada orang yang lebih muda, bahkan yang tampak masih sangat muda. Ia menghormati pandangan baru dan senang bertukar pikiran untuk memperkaya wawasan. Baginya, usianya yang sudah melewati angka 70 tidak menyurutkan semangatnya untuk belajar dan mendorong orang lain belajar.

Bu Prapto berbusana serasi, dalam pakaian yang sederhana. Dia juga merawat diri dengan baik kecantikannya yang tampak alami. Ini dia lakukan dengan cara menjaga kebersihan diri, bertutur baik, tidak pernah mengumpat atau berkata kasar kepada orang lain, memberi perhatian kepada yang memerlukan bantuan atau pertolongan, rajin beribadah dan berdoa, menjaga tali silaturahmi – keseluruhannya adalah cara menjaga kecantikan luar dalam, tentunya.

Begitulah kisah tentang tetangga terdekat saya, yang juga ibu kost saya. Dua tahun yang lalu, saya menghadiri pemakaman beliau. Saya sungguh berduka. Saya belum sempat bertandang sejak kunjungan saya terakhir pada perayaan ulang tahunnya, setahun menjelang kepergiannya yang abadi. Semangat dan kebaikan hati Ibu kost selalu tersimpan di lubuk hati terdalam.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun