Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gaya Hidup Sehat, Sudah Tahu tapi Belum Menerapkannya?

17 Desember 2020   21:25 Diperbarui: 17 Desember 2020   21:36 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sehat itu fisik dan mental |Dokpri

Pembaca yang berbahagia, menurut Anda mana yang mempengaruhi dan dipengaruhi antara kondisi fisik dan mental?
Pengalaman saya pribadi tampaknya menunjukkan bahwa keduanya saling mempengaruhi.

Video singkat di atas ini menunjukkan kegiatan fisik oleh warga di tengah masa Pandemi di lingkungan tempat tinggal Penulis.

Fisik yang sehat membuat pikiran sehat, sementara bila pikiran terganggu itu cenderung membuat fisik tidak nyaman.
Dengan kata lain, sebaiknya kita berupaya agar kesehatan fisik dan mental terjaga semua.

Pada hari Kamis, 11 Desember 2020 lalu, Danone Indonesia bekerjasama dengan Kompasiana mengadakan acara yang khusus diikuti oleh para blogger dan vlogger yang terpilih sebagai DBA dan DVA dari angkatan pertama (2017), angkatan kedua (2018), sampai yang ketiga (2019).
Masa pembatasan kegiatan kumpul-kumpul membuat acara yang  acara Danone Reunite diadakan secara daring.

Salah satu pembicara yang hadir  yaitu Dokter Muhammad Soffiudin di acara Danone  Occupational Health Leader Danone Indonesia, memaparkan tema Revolusi Gaya Hidup Sehat di Tengah Pandemi Covid-19.

Menurutnya ada tiga cara yang menjadi dasar revolusi gaya hidup sehat ini, yaitu agar kita menjaga aktivitas fisik, menjaga gizi, dan menjaga kesehatan mental. Kedengarannya tidak terlalu asing, bukan?
Menurut WHO, seseorang itu dikategorikan sehat bukan secara fisik saja namun termasuk sehat secara mental.

Bahayanya Gaya Hidup Sedentari (Sedentary Life)
Dr. Soffi menyebutkan berbagai kemungkinan efek negatif haya hidup yang minim aktivitas fisik ini, antara lain otot lemah, pengeroposan tulang, daya tahan tubuh menurun, gangguan sirkulasi darah, gangguan metabolisme lemak dan gula, kecenderungan obesitas, juga gangguan hormonal. Gubraks!

Dalam hal ini Penulis sempat mengalami sedikitnya sirkulasi darah yang tidak lancar saat dalam suatu periode, mulai malas berolah raga. Berat badan? Jangan tanya, sulit menekan laju pertambahannya, padahal porsi makan tidak berubah.
Karena itulah Penulis mengingatkan diri sendiri dengan "catatan" dalam artikel berikut..
Klop!

Menjaga Aktivitas Fisik, khususnya di tengah Pandemi
Sebaiknya kita berolah raga teratur dan kontinyu. Mulai dari yang paling ringan, lalu kalau sudah terbiasa kita dapat meningkatkan aktivitas ini secara bertahap. Olahraga itu berbeda dengan "asal gerakin badan", misalnya mengepel lantai, menyapu halaman -- bukan itu.  Dari sini dikenal perbedaan NEPA (Non Exercise Physical Activity) versus Exercise.

Intinya, kenali diri dan kondisi kita. Bila kita mengidap penyakit tertentu, misalnya diabetes -- ternyata berolahraga masih perlu. Olah raga yang sesuai dengan usia lanjut, ada juga.

Perlu diingat, bila melakukan kegiatan fisik penting untuk menjaga kesehatan, pun demikian dengan pemulihan tenaga atau beristirahat cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun