Humaniora, kategori artikel di Kompasiana ini memuat cakupan yang luas. Ini dapat dilihat dari banyaknya artikel Kompasiana yang memilih "Humaniora" untuk artikel mereka.
Dari kisah sukses pendiri warung kopi di Ponorogo, isu terkini yang berhubungan dengan dunia siber, yang tidak dapat dihindarkan membuat sebagian orang tidak siap mengikuti kecepatan perkembangan teknologi dan era siber, bagaimana budaya malu dan penyesalan yang menjadi kesadaran untuk meminta maaf bila melakukan kesalahan tampak tergerus zaman di Indonesia, sampai pada yang paling mendasar dalam keseharian manusia, yaitu BAB -- yang untuk pemenuhannya, idealnya setiap keluarga punya jamban pribadi! Hari gini BAB harus ke sungai?
Berikut ini daftar tujuh artikel "Humaniora" yang masuk dalam kurasi akhir tahun versi saya. Maaf bagi yang "terciduk", dan maaf juga bagi yang terluput dari teropong zaman now versi saya.
**
"Mbah Dul Legenda Kopi Ponorogo" oleh Nanang Diyanto
Dul Khodir (mBah Dul) merintis warung kopi pada tahun 1981 di Ponorogo. Di usianya yang kini sudah 95 tahun, dia masih bersemangat membagi ceritanya tentang warung kopinya kepada Penulis. Pelanggan warung kopi mBah Dul dari segala kalangan. Pegawai, pejabat, supir truk, juga pelajar dan mahasiswa. Mereka menyukai kopi di sana, dan rahasianya adalah dari kopi kecil-kecil warna hijau. Semua proses penyajian kopi dilakukannya dengan seksama dan sepenuh perasaan, dari menggoreng kopi, mengaduk kopi, dan itu ada filosofinya.
Kini warungnya diteruskan oleh anaknya bahkan sudah buka cabang tidak jauh dari warung yang pertama. Satu hal menarik, bagaimana konsep warung kopi mbah Dul 'dijiplak' oleh kafe zaman now. Silakan Klik Tautan Ini
**
"Hoaks, Senjata Pemusnah Massal bagi Nalar" oleh Zulfikar Akbar
Hoaks alias kabar bohong atau berita tak jelas kebenarannya. Hoaks diibaratkan bom berdaya ledak tinggi jika diramu dengan hal-hal sensitif seperti agama. Banyak orang terjebak, termasuk mantan pejabat tinggi negara setingkat menteri, bidang Komunikasi dan Informatika.
Hoaks menimbulkan banyak kerugian -- antara lain merusak pikiran, merusak nalar, mengaburkan realita, dan juga kesimpulan. Di Indonesia ternyata hoaks sudah ada sejak NKRI masih bernama Hindia Belanda saja. Hoaks serupa dengan umpan dan kail. Orang yang lapar dan terlalu bernafsu, umpan tadi justru membuatnya akan sangat kesulitan melepaskan diri.