Mohon tunggu...
Indra Maulana
Indra Maulana Mohon Tunggu... Penulis amatir yang ingin berkembang jadi mahir, semoga takdir!

Menyukai kegiatan mendaki gunung, mendengarkan musik dan membaca fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari Datangnya Amanda

17 Oktober 2025   13:00 Diperbarui: 16 Oktober 2025   23:22 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


"aku tak menyangka, kau benar-benar datang." ucap Rohman, dengan nada masih keheranan
"kau kira aku hanya bercanda?"  balas Amanda sambil tersenyum dan mengedipkan matanya yang serupa mata panda, berkilau-kilau menembus celah celah hati Rohman

"Entahlah, rasanya masih seperti mimpi saat aku membaca pesanmu, mengiyakan ajakanku untuk datang kembali ke sini"
"Kalau begitu, anggap saja kau belum bangun" jawab Amanda dengan nada sedikit menggoda.

Setiap topik pun mengalir dari hulu ke hilir, dimulai dari pembahasan ringan hingga pada rencana-rencana hidup dan kegelisahan yang menyertainya. Merasa sudah puas dengan obrolan-obrolan di kafe, mereka memutuskan untuk menaiki becak menuju taman. Di sana, mereka hanya sekadar duduk menghayati daun-daun yang luruh, cahaya lampu taman yang menghangatkan, udara sejuk yang sudah lama tak dirasakan Amanda dari kota ini semenjak kepindahannya ke ibu kota.

Terkadang, waktu memang bertingkah seperti musuh bagi dua manusia yang sedang bermadu-asmara. Mau tak mau, Amanda harus bergegas ke stasiun sebelum kereta terakhir berangkat. Mereka berdua bergegas menuju stasiun dengan mobil yang dipesan melalui aplikasi.

Sesampainya di stasiun, Rohman pun turut mengantar Amanda sampai ke peron. Di sela-sela menunggu keberangkatan kereta, mereka saling beradu pandang. Amanda pun melihat wajah Rohman masih mengandung keheranan.


"mengapa wajahmu masih seperti ragu begitu?" tanya Amanda
"aku masih tak menyangka. Pertemuan ini sungguhan kan, man?" balas Rohman
"apa pentingnya ini nyata atau tidak? Yang jelas, kau bersamaku sekarang. Itu cukup"
"Besok bisa jemput kembali aku di sini?" Amanda berbisik lalu tersenyum, senyum yang tak akan bisa Rohman lenyapkan dari ingatan.

Rohman mengangguk, menelan ludah.
"kalau kau datang, aku akan di sini"
"tunggulah, aku akan kembali datang ke sini" jawab Amanda, lagi lagi sambil melemparkan senyumnya yang khas.
"aku tak keberatan untuk menunggu berapa lama pun, apa lagi untuk kedatanganmu kembali" ucap Rohman dengan gemetar dan tangannya yang dibanjiri keringat dingin.

Kereta pun hendak berangkat dan Amanda menghempaskan tubuhnya ke dalam gerbong kereta. Pintu kereta pun tertutup dan pelan-pelan wajah Amanda hilang ditelan laju kereta yang semakin menjauh dari pandangan Rohman.

Alarm berbunyi lantang membuat Rohman langsung terperanjat dari kasur lantai. Mimpi yang benar-benar terasa nyata itu, membuat Rohman terbangun dan nampak percaya diri, hari ini ia akan menemui Amanda kembali.

Dari pagi hingga siang Rohman sibuk memilih-miih pakaian, memamerkan dirinya di depan cermin, dan melatih senyumnya agar tampak mempesona.  Pukul tiga sore, Rohman bergegas menuju stasiun dan berdiri di peron. Satu jam berlalu, dua jam berlalu, Amanda belum juga tiba, Rohman masih setia menanti di sana, seperti janjinya di dalam mimpi itu.

Langit telah dikepung malam, kereta terakhir sudah berangkat meninggalkan jejak suara yang memanjang ke kegelapan. Peron makin sepi, hanya lampu dan bayangan Rohman berdiri menanti. Pandangannya jauh menatap rel yang kosong, tangannya menggenggam erat ponsel. Di telinganya, suara Amanda dari mimpi masih terus menggema: "besok, jemput aku kembali di sini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun