Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Perkenalkan Dolar Petruk, Grup Pelawak Bali yang Melekat di Hati

5 Oktober 2021   08:04 Diperbarui: 5 Oktober 2021   08:51 2825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tokoh Petruk dsn Dolar Dalam Pentas Komedi Bal. Sumber Situs Bali Berkarya

Topik pilihan Kompasiana terkait pelawak mengingatkan saya dengan sosok grup komedi di Bali yang begitu melekat di hati. 

Dolar dan Petruk, begitulah nama beken yang diusung oleh dua orang komedian daerah bernama I Nyoman Subrata yang memerankan tokoh Petruk serta I Wayan Tarma dengan lakon Dolar. 

Sebenarnya masih ada tokoh atau pemain lain dalam pentas komedi yang dikenal dalam istilah drama gong Bali. Sebut saja Gangsar, Gingsir, Luh Mongkeg, Raja Buduh, Galuh Ajeg dan sebagainya. Namun sosok Dolar dan Petruk lah yang seakan menjadi ikon dari pentas tersebut. 

Bagi sebagian kalangan mungkin tidak asing dengan tokoh Petruk mengingat tokoh ini sering diangkat dalam perwayangan maupun dalam kesusastraan Jawa dan Bali. Namun lakon Dolar memang seakan adalah sosok khusus yang diangkat dalam pentas ini. 

Sekilas Petruk ditampilkan sebagai sosok tinggi,bertubuh kurus yang memiliki watak cerdas. Disisi lain Dolar ditampilkan sebagai sosok pria gembul, polos dan kurang cerdas. Tidak heran Sosok Dolar sering menjadi bulan-bulanan oleh Petruk yang justru menciptakan chemistry yang mampu membuat gelak tawa. 

Sebagai gambaran berikut beberapa cuplikan video pertunjukan Drama Gong Bali yang menampilkan kelucuan Dolar dan Petruk diatas panggung. 


Apa yang membuat sosok Dolar dan Petruk Melekat di Hati Masyarakat Bali? 

Jika ditanyakan kepada masyarakat Bali yang generasi tahun 70-90an pasti tidak akan asing dengan kedua sosok komedian ini. 

Tampilan kedua komedi ini begitu khas dimana petruk yang dimainkan oleh I Nyoman Subrata dengan riasan wajah yang berwarna putih seringkali bertindak usil kepada dolar yang tampak polos dengan riasan wajah merah. 

Dulu saat masih kecil sempat bingung kenapa wajah pemain diberi cat wajah yang aneh dan ada campuran seram, unik tapi lucu. Namun nyatanya rias wajah inilah yang ikut membentuk personal branding mereka sebagai komedian di atas panggung. 

I Nyoman Subrata alias Petruk ternyata adalah PNS di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bali yang berlokasi di Bali. Kepiawaan komedinya ternyata terinpirasi dari celetukan, tingkah laku hingga cara berpikir pasien di RSJ tersebut. 

Tidak heran cara pembawaan komedi agak nyeleneh namun lucu. Unsur komedi yang diangkat pun cenderung ke aktivitas sehari-hari masyarakat Bali, budaya, serta anekdot lokal. 

Mengingat ini merupakan pentas komedi daerah tentu bahasa pengantar pun menggunakan bahasa Bali. 

Pentas Drama Gong Bali. Sumber Tatkala.co
Pentas Drama Gong Bali. Sumber Tatkala.co

Saya yang notabane-nya sering tinggal berpindah-pindah sejak kecil memang susah belajar bahasa daerah. Namun ketika menetap di Bali. Justru lawakan komedi ini menjadi media saya belajar lebih dalam tentang bahasa dan budaya Bali. 

Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari yang sederhana dan kadang diselingi candaan kasar namun membantu saya cepat menangkap isi cerita. 

Hal lain yang begitu melekat dikarenakan pentas komedi ini seringkali ditampilkan di acara khusus seperti Pentas Kesenian Bali (PKB), hajatan Bali hingga di Bali TV sebagai TV lokal saat itu. 

Bahkan berkat kepopuleran pentas ini pun mulai bermunculan versi CD untuk ditonton di rumah berulang kali. 

Meskipun banyak lawakan yang bersifat dewasa dan kasar bukan berarti pentas ini tidak memiliki hal positif. Para pemain lain pun memiliki porsi adil dan merata dimana ada yang menembangkan lagu atau syair tembang Bali hingga menyampaikan pesan moral kepada penonton. 

Alur cerita pun juga berkutat tentang kehidupan kerajaan Bali kuno sehingga generasi muda juga belajar banyak tentang hal-hal yang tidak diketahui selain mendengarkan lawakan khas Dolar dan Petruk. 

Bagaimana Nasib Dolar dan Petruk Saat Ini? 

Sejujurnya sejak saya lulus sekolah dan kuliah di Kota Malang. Saya tidak terlalu update terkait kabar pentas komedi ini. Namun setelah mencoba membaca beberapa sumber, Pentas Gong Bali saat ini seakan telah melewati masa kejayaaannya. 

Ternyata sejak tahun 2002, duet Dolar dan Petruk harus mengakhiri kebersamaan karena permasalahan internal. Hal yang disayangkan mengingat kebersamaan mereka telah terjalin dari 1975 atau 27 tahun. 

I Wayan Tarma, Pemain Sosok Dolar. Sumber Tatkala.co
I Wayan Tarma, Pemain Sosok Dolar. Sumber Tatkala.co

Hal sedih lainnya pada Juli 2016, pelawak legendaris I Wayan Tarma, sosok Dolar ternyata tutup usia.  Kepergian Dolar seakan menciptakan kesedihan tersendiri bagi masyarakat Bali termasuk saya yang semasa kecil selalu ditemani oleh lawakan beliau. 

Layaknya komedian Warkop DKI dengan pemain Dono, Kasino dan Indro. Entah kenapa sosok Petruk dan Dolar pun seakan telah melekat kuat. 

Seandainya pun tokoh ini dimainkan oleh pemain lain, dalam hati terdalam tetap Petruk identik dengan komedian  I Nyoman Subrata dan Dolar dengan I Wayan Tarma. 

Semoga muncul sosok komedian lain yang juga memiliki ciri khas dari sisi penampilan dan lawakan layaknya Dolar dan Petruk di Bali dikemudian hari. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun