Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pentingnya Manajemen Ciptakan Suasana Kerja Ramah Ibu Hamil

27 Juli 2021   15:42 Diperbarui: 28 Juli 2021   13:33 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu hamil tetap bekerja| Sumber: Lifealth via grid.id

Kemarin saya mendapatkan kabar duka, seorang rekan kerja di kantor baru saja mengalami musibah dimana dirinya mengalami keguguran. Padahal usia kandungan masuk 8 bulan dan hitungan hari akan cuti melahirkan. 

Saya dan teman-teman di kantor ikut merasakan kesedihan terhadap musibah ini. Rekan kerja saya ini adalah pengantin baru belum genap setahun namun sudah diberi rezeki langsung hamil setelah menikah. 

Setiap saat dirinya membagikan momen kebahagian ketika baru diberitakan hamil, menjalani proses kehamilan hingga masa-masa persiapan melahirkan bersama suami. 

Takdir berkata lain, kemarin rekan kerja saya ini membagikan postingan suami menggendong jenazah si anak untuk dimakamkan dimana si ibu masih harus terbaring di rumah sakit. Artinya rekan saya tidak bisa melihat langsung pemakaman anak dan melihat wajahnya untuk terakhir kali. 

Senior saya yang juga seorang wanita bahkan menangis ketika mengetahui kabar ini. Dirinya merasakan bagaimana beratnya bekerja dalam kondisi hamil besar. Risiko semakin meningkat jika ternyata si ibu memiliki penyakit bawaan atau kondisi kehamilan lemah. 

Dulu senior saya harus berjuang ketika tiba-tiba muncul komplikasi kehamilan saat tengah bekerja dan nyaris merenggut nyawa bayi dalam kandungan. Bersyukurlah bayi masih bisa diselamatkan meski harus lahir prematur dengan metode bedah caesar. 

Ironisnya masih ada manajemen perusahaan yang kurang peka serta mengabaikan perlindungan terhadap keselamatan ibu hamil di lingkungan kerja.

Ibu Hamil Yang Tetap Bekerja. Sumber Situs Enduro
Ibu Hamil Yang Tetap Bekerja. Sumber Situs Enduro

Kejadian terbaru ketika Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta melakukan sidak PPKM Jawa-Bali ke berbagai kantor di wilayahnya. Ditemukan ada karyawan hamil yang tetap diminta kerja padahal kasus Covid-19 tengah tinggi di ibu kota.

Perusahaan seakan mengabaikan keselamatan karyawan hamil. Ketika ibu hamil dipaksa bekerja di situasi pandemi tentu jika terpapar virus Covid-19 akan membahayakan ibu dan anak dalam kandungan (berita dapat diklik disini). 

Kini saatnya manajemen perusahaan memperhatikan beberapa aspek kenyamanan dan keselamatan bagi karyawan hamil. Harapannya ada beberapa risiko yang bisa diantisipasi agar kerjaan dan keselamatan bisa sejalan dengan baik. 

Apa saja yang bisa dilakukan? 

1. Jangan Biarkan Naik Ruangan Dengan Lantai Tinggi dan Curam

Tiga tahun lalu staff saya di Pasuruan membuat status di WhatsApp tentang kesedihan dan ucapan selamat tinggal seakan baru kehilangan seseorang. Saya baru diberitahu bahwa staff saya ini hamil muda dan baru mengalami keguguran untuk kedua kalinya.

Naik Turun Tangga Beresiko Pada Kesehatan Ibu Hamil. Sumber Grind.id
Naik Turun Tangga Beresiko Pada Kesehatan Ibu Hamil. Sumber Grind.id

Salah satu penyebab keguguran karena ruangannya ada di lantai 2 dan harus menaiki tangga yang cukup tinggi. Padahal pada usia kandungan muda, menaiki tangga bisa berisiko terhadap pertumbuhan janin. Tidak jarang ketika naik turun tangga bisa membuat perut terasa nyeri dan terjadi kontraksi pada rahim. 

Dirinya sebenarnya ingin menginfokan untuk pindah ruangan ke lantai 1 namun sungkan karena saya sebagai atasan baru. Khawatir pengajuannya ditolak. 

Justru jikalau saya tahu lebih awal, saya pasti otomatis memindahkan ruangan agar tidak perlu naik tangga jika kondisi tengah hamil.

Saya menyadari bahwa manajemen perlu terbuka dan mau mencari solusi terbaik seandainya ada kendala yang dialami oleh karyawan yang tengah hamil. Seandainya memungkinkan ruang kerja bisa diatur agar bisa nyaman bagi si ibu dan janin. 

Kini jikalau ada staff yang tengah hamil, saya berusaha memindahkan ruangan yang tidak perlu menaiki anak tangga yang banyak dan tinggi. Tidak semua wanita memiliki kondisi tubuh yang kuat jika harus menaiki anak tangga di tengah situasi hamil. 

2. Perkuat Kerja Sama Tim

Sebagai bagian dari tim divisi ataupun tim perusahaan alangkah baiknya kita bisa berempati dan menjaga solidaritas. Salah satunya membantu tugas yang dirasa berisiko dilakukan oleh ibu hamil. 

Contoh sederhana ketika ada staff kasir di kantor tengah hamil. Rekan kerja pria ataupun wanita yang lain berinisiatif membantu. Saat itu rekan kerja pria membantu memberikan berkas atau dokumen yang perlu diantar ke divisi lain yang beda lantai. Rekan kerja wanita ada yang membantu menyetorkan uang perusahaan ke bank karena seringkali di bank harus berdiri mengantri cukup panjang. 

Tindakan sederhana ini menunjukkan bahwa sesama rekan tim siap membantu mereka yang tengah kesusahan atau mengalami suatu kendala. Atasan dapat menjadi pendelegasi wewenang untuk meminta staff lain membantu tugas karyawan yang tengah hamil. 

Bisa jadi ini akan menjadi budaya positif dalam dunia kerja. Suatu saat bisa jadi sebagai ucapan terima kasih, karyawan hamil yang sempat dibantu akan juga berinisiatif membantu rekan lainnya yang juga mengalami kesusahaan dikemudian hari sebagai balas budi. 

3. Jangan Perhambat Cuti Karyawan

Tidak jarang top manajemen atau atasan adalah seorang pria yang tidak merasakan situasi hamil. Ironisnya mereka seakan menghambat atau menghalangi cuti melahirkan atau cuti karena situasi khusus misalkan check up kandungan.

"Kalau bisa kamu ambil cuti melahirkan saat memasuki bulan ke-9 aja ya."

"Cuti jangan lama-lama ya. Kerjaan bakal numpuk jika kamu cuti terlalu lama."

Patut disadari bahwa tidak semua tempat bekerja menghargai hak cuti karyawannya. Masih ada tempat kerja yang seakan mengabaikan hal tersebut misalkan di sektor retail, pelayanan, jasa, dan beberapa sektor lainnya.

Meskipun atasan adalah seorang pria atau wanita muda yang belum merasakan situasi hamil. Kita bisa menempatkan diri seandainya karyawan tersebut adalah ibu kita saat masih muda atau istri ketika tengah bekerja. Apakah kita masih tega mengabaikan hak cutinya? Empati dan kesadaran diri tetap perlu diutamakan dalam kondisi ini.

4. Support Karyawan Hamil

Pernah ada teman bercerita bahagia memiliki lingkungan kerja yang memberikan support saat dirinya hamil. Bahkan support tidak hanya diberikan oleh sesama rekan kerja namun juga dari atasan. 

Support Rekan Kerja Kepada Karyawan Hamil. Sumber Situs Talenta
Support Rekan Kerja Kepada Karyawan Hamil. Sumber Situs Talenta

Atasan memberikan vitamin dan hadiah kebutuhan bayi ketika hendak memasuki proses lahiran. Teman kerja pun rajin memberikan makanan dan buah yang cocok dikonsumsi ibu hamil. Mereka seakan ikut berbahagia atas kehamilan rekan kerjanya. 

Ada 1 tradisi positif yang dilakukan karyawan di kantor Pasuruan. Ketika ada rekan kerja yang baru melahirkan atau istri dari salah satu karyawan melahirkan. Mereka akan rutin mengumpulkan sumbangan dan membelikan kebutuhan bayi dari hasil sumbangan tersebut. 

Bahkan jika yang melahirkan adalah rekan kerja, 1 minggu sebelum cuti melahirkan berakhir. Mereka mengagendakan kunjungan sekaligus berkenalan dengan adik bayi meskipun adik bayi ingat dengan mereka. Hehe

Hal positif yang bisa diambil, support seperti ini sangat dibutuhkan oleh karyawan hamil. Mereka merasa dipedulikan oleh rekan kantor dan lingkungan kerja pun nyaman untuk dirinya. 

Pikiran yang tenang dan bahagia selama kerja tentu akan mempengaruhi pertumbuhan janin. Jangan sampai karyawan hamil mengalami stres karena tekanan kerja atau konflik dengan rekan atau atasan membuat pertumbuhan janin terganggu atau dalam kondisi ekstrem, si ibu stres dan mengalami keguguran. 

***

Anak adalah berkah dan banyak pasangan yang berbahagia ketika sang istri tengah mengandung apalagi jika itu merupakan anak pertama. Adakalanya ada situasi dimana karyawan yang tengah hamil harus tetap bekerja karena faktor ekonomi atau alasan tertentu. 

Manajemen perusahaan sebaiknya ikut memberikan dukungan terhadap karyawan hamil dengan 4 hal sederhana yang sudah saya paparkan diatas. Harapannya kerjaan tetap terselesaikan dengan baik dan kondisi kandungan juga sehat hingga proses melahirkan.

Mungkin ada sobat Kompasiana yang bisa sharing pengalaman di kolom komentar tentang situasi harus bekerja ditengah situasi hamil. Siapa tahu kisah tersebut dapat bermanfaat bagi pembaca lainnya. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun