Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Waspada Terjebak "Black Circle" Pernikahan antara Resepsi, Gengsi, dan Jeratan Utang

26 Juni 2021   08:27 Diperbarui: 27 Juni 2021   17:18 2108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesta pernikahan berkonsep outdoor party (Sumber: SHUTTERSTOCK MAMBOGRAPHER via travel.kompas.com)

Itu sebagian gunjingan yang sering dilontarkan tetangga atau orang sekitar yang seakan menyindir pengantin yang terlalu termakan gengsi. 

Tidak jarang hal menyesakan ketika tetangga yang bergunjing adalah tamu saat resepsi. Mereka mungkin saat itu memuji dekorasi panggung, masakan yang disaji hingga riasan sang pengantin. 

Namun sejatinya mereka tidak akan peduli berapa besar biaya yang harus dikeluarkan atau seberapa banyak utang yang ditanggung mempelai untuk acara resepsi tersebut. 

Para tetangga bisa saja tertawa seakan mengolok-olok jikalau tahu bahwa setelah resepsi, si pengantin pusing membayar tagihan atau stres dikejar kolektor karena memiliki utang banyak. Pujian sesaat bisa berakhir dengan sindiran jangka panjang dari tetangga sekitar. 

4. Resepsi Bukanlah Kewajiban

Nyatanya resepsi bukanlah hal wajib dalam sebuah pernikahan. Kewajiban pernikahan adalah pasangan melalui proses upacara keagamaan seperti ijab kabul bagi umat islam, pemberkatan bagi umat kristiani maupun upacara khusus yang diatur dalam agama masing-masing. 

Resepsi hanyalah sebuah tradisi di mana kegiatan rasa syukur kepada kerabat, tetangga ataupun teman. Bisa dikatakan bahwa seandainya si mempelai tidak melakukan resepsi maka hal tersebut tidak akan menggugurkan syarat pernikahannya. 

Seorang rekan kerja di kantor melaksanakan pernikahan di tengah kondisi pandemi. Saat itu masih ada larangan untuk tidak melakukan aktivitas mengundang kerumunan massal. Alhasil dirinya tidak mengadakan resepsi setelah melakukan ijab kobul. 

Rekan kerja saya ini justru bersyukur tidak melakukan resepsi karena artinya pengeluaran selama pernikahan tidak besar. 

Dirinya membayangkan jika mengadakan resepsi pernikahan tentu akan menghabiskan biaya hingga belasan atau puluhan juta. 

Kini tabungan yang semula sempat dianggarkan untuk resepsi nikah bisa dialihkan untuk KPR Rumah. Menurut saya itu justru keputusan yang bijak di tengah pandemi seperti ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun